Renungan Untuk Para Pelajar

  • 08-11-2023
  • 05:18 WITA
  • Mustafa
  • Opini

Gembira tidak terkira pastinya. Merasa sudah berhasil setelah melewati jalan berliku. Hanya mau mengingatkan "euforia jangan sampai memabukkanmu". Cobalah kamu pajang rapi baju wisuda dan togamu. Pandangi baik-baik. Bayangkan ada wajah orang tuamu tersenyum bangga di situ. Semringah bercampur haru. 

Dulu, pernah mereka berkata di depanmu bahwa uang sangat kurang. Mereka ada yang jujur mengakui tidak ada sama sekali yang dipegang. Lalu kamu kemudian berbisik curiga dalam hati, "ah orang tuaku berbohong", "tidak mampu membiayaiku", "suka mengeluh". Sederet tumpukan buruk sangka bersarang di hati. Sok berkuasa padahal dibiayai dan dihidupi oleh mereka. 

Orang tua jatuh bangun membiayai kuliahmu, namun seringkali kejujurannya tidak kamu hargai. Kerja kerasnya kamu ragukan. Perkatannya kamu anggap keputusasaan. Mereka berkata apa adanya di depanmu agar kamu belajar peka. Sadar dan tahu diri. Ilmu orang tua bukan satuan kredit tapi bobotnya sangat bernilai.

Mereka berpikir bagaimana kamu bisa tetap belajar. Memikirkan perutmu agar tetap kenyang. Lapar dan haus mereka hilang mengharapkanmu belajar sungguh-sungguh. Pada saat kamu berpura-pura sakit karena tidak mau belajar dan masuk kuliah, orang tuamu justru berpura-pura sehat bekerja mencarikan biaya agar belajarmu tetap jalan dan berberkah.

Maka saat kamu menyandang gelar sarjana, tundukkan kepalamu. Ketika toga bertahta di kepalamu, rendahkan hatimu. Tatkala mendongak pongah masih kau pasang di wajahmu, sia-sia belajarmu. Jika amanah orang tua dan gurumu kamu khianati maka langit dan bumi akan menutup diri darimu.

Foto bersama sangatlah tidak cukup. Sudah adakah terima kasih disampaikan kepada mereka? Ucapan yang tidak hanya sekadar lewat kerongkongan. Namun, ucapan yang muncul dari lubuk hati. Disampaikan dengan sepenuh hati pula. Ataukah ucapan maaf? Sebab, telah banyak menyita waktunya demi tercapainya harapanmu. Minta maaflah. Lalu dengarkan sekali lagi ucapan yang keluar dari mulutnya.

Apapun itu, orang tua tidak berharap balasan. Pahit getirnya menjadikanmu sarjana adalah keikhlasan tingkat tinggi. Teruslah berbakti dan doakan mereka tanpa henti. Selamat menjadi alumni. Jaga nama baik almamatermu. Bermanfaatlah di mana pun berada. Semoga kesuksesan selalu menyertaimu, di dunia dan di akhirat.