Harga Seorang Istri” Karya Naguib Mahfouz (Kajian Sosiologi Sastra)

  • 09:42 WITA
  • Administrator
  • Artikel

RINGKASAN SKRIPSI

Nama   : Alfiyah

NIM    : 40100119098

Judul penelitian ini adalah “Nilai-Nilai Sosial Dalam Cerita “Harga Seorang Istri” Karya Naguib Mahfouz (Kajian Sosiologi Sastra)”. Karya sastra terdiri dari dua jenis, puisi dan prosa, dan contoh prosa adalah cerpen. Cerita pendek adalah cerita fiksi yang dapat ditulis berdasarkan peristiwa atau pengalaman yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Cerita pendek mengisahkan nilai-nilai dan gambaran sosial yang terdapat dalam kehidupan manusia dan dapat dijadikan sebagai acuan positif serta menambah wawasan pengalaman bagi para penikmat cerpen.

Dalam sebuah cerpen terdapat nilai-nilai sosial dan gambaran sosial yang dapat digali dari pembacanya dengan mempertimbangkan realitas sosial yang terjadi di seluruh masyarakat. Nilai-nilai sosial merupakan sikap-sikap individu yang diapresiasi dan dijadikan tolak ukur dalam bersikap agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Menurut Koentjaraningrat, nilai sosial adalah suatu sistem nilai budaya yang biasanya menjadi pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sedangkan menurut Zubaedi, nilai-nilai sosial adalah nilai yang dijunjung oleh Masyarakat tentang suatu hal yang dinilai baik atau buruk oleh Masyarakat. Kesimpulannya, nilai-nilai sosial adalah perilaku dan tindakan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini berfokus kepada teori Zubaedi dan nilai-nilai sosial yang terdapat pada penelitian ini sesuai dengan teori dari Zubaedi yaitu  kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup.

Gambaran sosial yang diungkapkan Naguib Mahfouz dalam cerita “Harga Seorang Istri” sama dengan gambaran yang terjadi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Junus, bahwa karya sastra menggambarkan atau memuat kondisi sosial budaya suatu masyarakat oleh pengarang melalui kreasi dan imajinasi. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis cerita “Harga Seorang Istri” sebagai objek kajiannya. Cerita “Harga Seorang Istri” merupakan salah satu judul dalam kumpulan cerpen karya Naguib Mahfouz yang berjudul “Fatwa Pengasih”. Cerita “Harga seorang istri” menceritakan tentang seorang laki-laki yang bernama Hamdi mengetahui pengkhianatan istri dan kekasih istrinya, kemudian ia menanyakan harga persetubuhan sang istri dengan kekasihnya dan dia mengambil satu riyal dari kekasih istrinya. Suatu hari dia mengumpulkan keluarganya dan keluarga istrinya dan meminta istrinya untuk menceritakan kisah tentang riyal, tetapi istrinya tidak berani menceritakannya. Dan tanpa berpikir panjang istrinya bunuh diri dengan melompat keluar dari apartement.

Sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakatnya. Sosiologi sastra adalah penelitian yang berfokus pada topik mempelajari manusia dan lingkungan. Menurut Wellek dan Warren, sosiologi sastra adalah hubungan antara sastra dan masyarakat, yang berarti bahwa sastra adalah ungkapan perasaan terhadap masyarakat. Adapun tiga teori sosiologi sastra menurut wellek dan warren yaitu  sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca.

 Pada penelitian ini berfokus pada sosiologi pengarang dan sosiologi karya sastra sesuai dengan teori Wellek dan Warren. Sosiologi pengarang adalah salah satu kajian sosiologi sastra yang memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Adapun yang dikaji peneliti dalam penelitian ini yaitu status sosial pengarang, ideologi pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi pengarang dalam masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, dan mata pencaharian pengarang (dasar ekonomi produksi sastra) dan profesionalisme dalam kepengarangan. Sedangkan sosiologi karya sastra adalah kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial yang ada dalam Masyarakat. Adapun yang dikaji peneliti dalam penelitian ini yaitu gambaran sosial dan nilai-nilai sosial dalam cerita tersebut.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Bagaimana sosiologi pengarang dalam cerita “Harga Seorang Istri”?

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Bagaimana gambaran sosial dalam cerita “Harga Seorang Istri”?

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Adapun sumber data primernya adalah cerita “harga seorang istri”, sedangkan sumber sekundernya adalah buku sosiologi sastra, buku metodologi penelitian, artikel ilmiah, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik pengumpulan data yaitu observasi dan dokumentasi, sedangkan teknis analisis data yaitu memilih data, klasifikasi data, dan penyajian data.

Wellek dan Werren membagi tiga klasifikasi sosiologi sastra menjadi tiga yaitu:

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Sosiologi Pengarang

Sosiologi pengarang adalah salah satu kajian sosiologi sastra yang memfokuskan si pengarang sebagai penghasil dari karya sastra. Dalam sosiologi pengarang, pengarang sebagai pencipta karya sastra dianggap merupakan makhluk sosial yang keberadaannya terikat oleh status sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, Posisi pengarang dalam masyarakat, Masyarakat pembaca yang dituju, Mata pencaharian pengarang  dan Profesionalisme pengarang.

<!--[if !supportLists]-->A.    <!--[endif]-->Status sosial pengarang

Status sosial sering kali disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya.

<!--[if !supportLists]-->B.     <!--[endif]-->Ideologi sosial pengarang

Ideologi memiliki pengertian sebagai himpunan dari nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian atau problem yang mereka hadapi. Dalam pandangan sosiologi pengarang, ideologi sosial yang dianut seorang pengarang akan mempengaruhi bagaimana dia memahami dan mengevaluasi masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.

<!--[if !supportLists]-->C.     <!--[endif]-->Latar belakang sosial budaya pengarang

Latar belakang sosial budaya pengarang adalah masyarakat dan kondisi sosial budaya dari mana pengarang dilahirkan, tinggal, dan berkarya. Latar belakang tersebut, secara langsung maupun tidak langsung akan memiliki hubungan dengan karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai manusia dan makhluk sosial, pengarang akan dibentuk oleh masyarakatnya. Dia akan belajar dari apa yang ada di sekitarnya.

<!--[if !supportLists]-->D.    <!--[endif]-->Posisi pengarang dalam Masyarakat

Posisi pengarang cukup penting dalam masyarakat, di samping memiliki pengaruh terhadap isi karya sastranya, juga memiliki pengaruh terhadap keberterimaan karya-karya yang dihasilkannya bagi masyarakat, karena Karya karya sastra itulah yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang secermat cermatnya. Pandangan sosial pengarang harus dipertimbangkan apabila sastra akan dinilai sebagai cerminan masyarakat.

<!--[if !supportLists]-->E.     <!--[endif]-->Masyarakat pembaca yang dituju

Agar karyanya dapat diterima masyarakat, maka sastrawan harus mempertimbangkan isi dan bahasa yang dipakai. Memang dalam berkarya pengarang tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera publiknya, tetapi ada kemungkinan justru pengaranglah yang menciptakan publiknya. Sering kali, bahkan seorang pengarang telah menentukan siapakah calon pembaca yang dituju.

<!--[if !supportLists]-->F.      <!--[endif]-->Mata pencaharian pengarang dan profesionalisme pengarang

Tidak semua pengarang bermata pencaharian dari aktivitas menulis semata mata. Sebagai orang yang memiliki pekerjaan rangkap, maka sudah pasti mereka mendapatkan penghasilan bukan semata-mata dari profesinya sebagai sastrawan. Bahkan boleh jadi, penghasilan utamanya bukanlah dari profesinya sebagai sastrawan, tetapi dari pekerjaan lainnya.

Pekerjaan rangkap bagi seorang pengarang menyebabkan masalah profesionalisme dalam kepengarangan. Sejauh mana seorang pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi. Apakah dia menganggap pekerjaannya sebagai pengarang sebagai profesinya utamanya, ataukah sebagai profesi sambilan. Di samping itu, pekerjaan rangkap yang dipilih seorang pengarang juga memiliki pengaruh terhadap karya sastra yang diciptakannya.

 

 

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Sosiologi Karya Sastra

Sosiologi karya sastra adalah kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial yang ada dalam Masyarakat. Fokus perhatian sosiologi karya sastra adalah pada isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Sosiologi karya sastra mengkaji sastra sebagai cermin Masyarakat. Apa yang tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan Kembali realitas yang terdapat dalam Masyarakat.

Untuk  melakukan  analisis  pada

karya sastra sebagai cerminan dari realitas

sosial  yang  ada,  Damono  (1978)  dan

Junus  (1986)  (dalam  Asri,  2011)

mengungkapkan  ada  dua  teknik.  Teknik

pertama  dengan  memahami  latar  atau

lingkungan  sosial  agar  bisa  masuk  ke

dalam  hubungan  sastra  dengan  faktor-

faktor  luar.  Teknik  kedua  dilakukan

dengan  mengungkapkan  faktor  sosial

yang  terdapat  di  dalam  karya  sastra

tersebut,  lalu  mengujinya  dengan  faktor

sosial yang dibahas.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Sosiologi Pembaca

Sosiologi pembaca adalah kajian sosiologi sastra yang mempermasalahkan dampak sosial suatu karya sastra bagi si pembaca. Sastra ditulis untuk dibaca. Pembaca karya sastra berasal dari bermacam-macam golongan, kelompok, agama, pendidikan, umur, dan sebagainya. Pertanyaan penelitian bisa diajukan terhadap pengaruh karya sastra itu terhadap sekelompok pembaca, dan jika pengaruh itu dianggap buruk oleh Masyarakat umum atau pemerintah, misalnya bisa saja karya sastra itu dilarang beredar. Di samping itu, juga mengkaji fungsi sosial sastra, mengkaji seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial.

 Zubaedi menyatakan bahwa nilai-nilai sosial terdiri dari tiga, yaitu:

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Kasih sayang

Kasih sayang adalah gambaran atau perasaan yang dapat dirasakan oleh makhluk hidup. Kasih sayang dapat ditunjukkan makhluk hidup melalui sikap kepada makhluk hidup lain. Menurut Zubaedi, kasih sayang dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu a) pengabdian, b) tolong menolong, c) kesetiaan, dan d) kepedulian.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sikap seseorang dalam menanggung semua tugas dan kewajiban secara sungguh-sungguh. Zubaedi membagi tanggung jawab menjadi tiga yaitu a) rasa memiliki, b) disiplin, dan c) empati.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Keserasian hidup

Keserasian hidup memberikan pedoman pada Masyarakat saling berkasih sayang dengan semua manusia dan saling hidup harmonis. Zubaedi membagi keserasian hidup menjadi empat bagian yaitu a) keadilan, b) toleransi, c) kerja sama, dan d) demokrasi.

 

Biografi dan Karya Naguib Mahfouz

Naguib Mahfouz Nama lengkapnya adalah Naguib Mahfouz bin Abdul Aziz bin Ibrahim Ahmed Pasha. Penulis novel dan cerita pendek paling terkemuka di Mesir modern. Ia dilahirkan di lingkungan Al-Hussein, yang merupakan salah satu lingkungan terkenal di kota Kairo, yang dikuasai pada tahun 969 oleh Jawhar Al-Saqili. Panglima tentara Fatimiyah berlatar belakang Mu'aziddin Allah, dan beliau lahir pada tanggal 11 Desember 1911 Masehi.

Ayahnya, Abdul Aziz Ibrahim, adalah seorang pegawai pemerintah dan nama ibunya adalah Fatima. Dia memiliki 6 saudara kandung, empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan, dan Najib adalah anak bungsu dan lahir dari keluarga islam. Naguib Mahfouz memulai studinya ketika ia masuk ke dalam “Al-Kuttab”, kemudian menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, dan minatnya terhadap sastra Arab mulai meningkat pada tahap ini. Naguib Mahfouz menyaksikan revolusi 1919 ketika ia baru berusia tujuh tahun. Revolusi ini berdampak besar pada dirinya, karena ia pertama kali merasakan perasaan patriotik dan nasionalis, dan hal itu sangat memengaruhi tulisan-tulisannya selanjutnya. Setelah menyelesaikan studinya di Al-Kuttab tersebut, Naguib Mahfouz bergabung dengan Universitas Mesir pada tahun 1930. Ia memperoleh gelar dalam bidang filsafat pada tahun 1934. Kemudian ia melanjutkan studi gelar master dan mengambil jurusan filsafat, namun berhenti setelah satu tahun, dengan tujuan. memprofesionalkan keterampilan menulis dan menulis.

Naguib Mahfouz adalah seorang penulis dan novelis Mesir, yang dianggap sebagai salah satu penulis Arab terpenting selama abad kedua puluh. Naguib Mahfouz lahir di kota Kairo, tempat ia dibesarkan dan menerima pendidikan universitas di universitas tersebut, sehingga ia dapat memperoleh gelar dalam bidang filsafat. Sepanjang hidupnya, Mahfouz menulis banyak karya sastra, terutama trilogi terkenalnya dan “Anak-anak Lingkungan Kita”. Sebagian besar peristiwa dalam novelnya terjadi di lingkungan Mesir yang populer, dan terlepas dari realisme sastra Naguib Mahfouz, ia juga menangani isu-isu eksistensial, dan ia berhasil memperoleh Hadiah Nobel Sastra, menjadikannya satu-satunya orang Arab yang memenangkannya. Tulisan Naguib Mahfouz juga tidak sebatas novel saja, tetapi juga menambah hingga penulisan artikel jurnalistik di surat kabar Mesir hingga kematiannya. Dan pada tahun 1954 Naguib Mahfouz menikah dengan Attiya Allah Ibrahim, dan pasangan tersebut memiliki dua anak perempuan, Fatima dan Umm Kulthum. Naguib Mahfouz kemudian menyatakan bahwa dia tetap membujang sampai dia berusia 43 tahun karena menurutnya pernikahan akan membatasi masa depannya di bidang sastra.

Karya-kaya Naguib Mahfouz awalnya berbahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis. Karya Naguib Mahfouz banyak menggunakan tema sejarah dengan latar belakang Mesir. Naguib Mahfouz banyak mengambil gambar/memotret kehidupan sosial, politik, agama, dan kebudayaan Mesir. Gaya penulisannya tidak pernah berganti, ia konsisten mengangkat khazanah peradaban dan kebudayaan Mesir. Di Barat, karya Naguib Mahfouz dikenal luas terutama dikalangan mahasiswa yang mengambil sastra Arab sebagai bidang kajian. Setelah itu banyak bermunculan buku dan makalah yang membahas karya sastranya. Naguib Mahfouz telah menerbitkan puluhan judul dalam berbagai genre sastra selama lebih dari setengah abad, antara lain yaitu 39 karya fiksi, 19 cerita pendek, dan 2 terjemahan dan dialog.

 

Adapun hasil penelitian dari penelitian ini yaitu:

SOSIOLOGI PENGARANG DALAM CERPEN "HARGA SEORANG ISTRI"

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Status sosial pengarang

Naguib Mahfouz lahir di sebuah keluarga kelas menengah di Kairo. Pendidikan dasar dimulainya dengan belajar di sekolah Alquran juga disebut 'Kuttab'. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kuttab, ia kemudian mendaftar di Universitas Mesir pada tahun 1930 dan ia lulus dengan gelar di bidang Filsafat pada tahun 1934. Kemudian ia  melanjutkan untuk mengejar gelar MA dalam bidang Filsafat, tetapi dihentikan setelah satu tahun, dengan tujuan mengambil penulisan profesional sebagai pekerjaan. Setelah menyelesaikan kelulusannya, ia melanjutkan pekerjaan dengan dinas sipil Mesir pada tahun 1934 dan ia terus bekerja di berbagai departemen sampai pensiun pada tahun 1971. Awalnya bekerja sebagai pegawai di Universitas Kairo. Pada tahun 1936, ia memulai karir menulisnya sebagai jurnalis dengan Al-Risala. Selama masa ini, ia juga biasa menyumbangkan cerita pendek ke surat kabar Al-Ahram dan El-Hilal.

Pada tahun 1938, ia diangkat sebagai Sekretaris Parlemen untuk Menteri Wakaf Islam di Kementerian Wakaf Islam (Awqaf). Ia meminta dipindahkan ke perpustakaan Mausoleum al-Ghuri di Kairo pada tahun 1945. dia mengelola 'Proyek Pinjaman Baik', yang merupakan program pinjaman 'tanpa bunga' untuk kaum miskin. Dia juga mendapat kesempatan untuk mengamati daerah dan kehidupan di sana dan menjelajahi literatur barat.

Selama tahun 1950-an ia menjabat sebagai Direktur Sensor di Biro Seni dan Direktur Yayasan untuk Dukungan Bioskop dan tugas terakhirnya di Layanan Sipil adalah sebagai konsultan untuk Departemen Kebudayaan. Pada tahun 1971, ia ditawari posisi dengan surat kabar al-Ahram dan ia terus menulis kolom setiap minggu. Dia terus berkontribusi di koran sampai beberapa saat sebelum kematiannya..

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Ideologi sosial pengarang

Ideologi sosial pengarang dalam cerpen “harga seorang istri” terbangun dari kegemarannya yang suka membaca buku sejak duduk di bangku sekolah dasar dan awal sekolah menengah tingkat pertama dan ia juga gemar membaca surat kabar tentang peristiwa aktual terutama tentang politik. Seiring bertambah usia dan wawasannya ia mulai gemar membaca karya sastra, seni, artikel ilmiah, dll.

Dia mulai menulis pada usia 18 tahun dan terus mengejar minatnya sampai kematiannya. Karya-karyanya banyak menggunakan tema sejarah dengan latar belakang Mesir. Naguib Mahfouz banyak mengambil gambar/memotret kehidupan sosial, politik, agama, dan kebudayaan Mesir dahulu hingga sekarang. Gaya penulisannya pun tidak pernah berganti dan tetap konsisten mengangkat khazanah peradaban dan kebudayaan Mesir. Berlatar belakang dari kehidupannya di Mesir kemudian ia melahirkan tulisan-tulisan yang menggambarkan kondisi sosial, politik, agama, dan  kebudayaan yang ada di Mesir.

 Naguib Mahfouz telah menerbitkan puluhan judul karya sastra berupa novel maupun cerpen. Adapun contoh kutipannya dalam cerpen “harga seorang istri” yaitu

Pembaca dapat mengambil hikmah dari akhir kisah ini. Tidak diragukan lagi, kita banyak membaca di kabar berita tentang mereka yang bunuh diri lompat dari jendela, dan semoga saat kisah ini dibaca, mungkin ia bisa mencari tau tentang sebab yang tersembunyi yang menyebabkan kejadian itu terjadi. Ini hanya salah satu rahasia dari mereka yang bunuh diri dan sungguh disayangkan kisahnya harus berakhir sedih seperti ini. Akan tetapi apa yang harus aku lakukan jika kisahnya pun diawali dengan perbuatan yang sangat-sangat disayangkan?”

Kutipan tersebut menggambarkan alasan si pengarang menulis cerpen “harga seorang istri” karena ia membaca di surat kabar banyaknya kejadian di luar sana tentang seseorang yang bunuh diri baik dikarenakan stress maupun keputusasaan. Dan cerpen “harga seorang istri” ini berakhir dengan kejadian yang sangat menyedihkan karena si istri bunuh diri karena merasa stress dan malu dengan suami maupun keluarganya karena ia telah melakukan perzinaan dan perselingkuhan.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Latar belakang sosial budaya pengarang

Naguib Mahfouz adalah salah satu novelis Arab paling terkenal di dunia dan mendapatkan penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1988. Karya-karyanya sebagian besar berkaitan dengan negara asalnya Mesir, dan mencakup berbagai topik di dalamnya, mulai dari kehidupan kelas menengah dan kelas bawah hingga sejarah kuno peradaban. Ia lahir di Kairo pada tanggal 11 Desember 1911 dan tinggal di bagian Gamaliya di Kairo. Ia merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Aziz Ibrahim, seorang pegawai pemerintah dan ibunya bernama Fatima. Ia sangat dipengaruhi oleh revolusi Mesir pada tahun 1919 karena ia pertama kali merasakan perasaan patriotik dan nasionalis, dan hal itu sangat memengaruhi karya-karyanya.

Ia bersekolah di sekolah Alquran atau yang disebut 'Kuttab'. Setelah menyelesaikan pendidikannya di “Kuttab”, ia kemudian mendaftar di Universitas Mesir pada tahun 1930 dan lulus pada tahun 1934 dengan gelar di bidang Filsafat. Saat kuliah di Universitas Mesir, ia belajar filsafat, bukan sastra, yang menginspirasinya untuk menulis banyak sekali artikel non-fiksi untuk berbagai majalah dan surat kabar. Dia mulai belajar untuk mendapatkan gelar master dalam bidang filsafat, tetapi akhirnya meninggalkannya untuk melanjutkan menulis. 

Ketika masih kecil ia memang sudah gemar membaca buku cerita anak-anak, terutama buku terjemahan dari bahasa Eropa. Buku-buku cerita yang ia baca betul-betul menumbuhkan dan mengembangkan daya imajinasinya sampai-sampai ia menangis ketika membaca cerita sedih, atau tertawa ketika membaca cerita lucu. Dan ketika duduk di bangku sekolah menengah atas dan bertambahnya usia serta wawasannya, ia mulai membaca tulisan tentang politik dan berita tentang peristiwa aktual di surat kabar terutama peristiwa politik. Setelah itu, kegemarannya juga tumbuh dalam membaca karya sastra, seni, dan artikel ilmiah.

Pada usia 18 tahum ia mulai menulis dan dari situlah ia mulai menuangkan karya-karyanya yang tidak terlepas dari kehidupan yang ada di Mesir, seperti kondisi sosial, politik, agama, dan kebudayaan yang ada di Mesir. Naguib Mahfouz memulai karir sastranya dengan menulis cerita pendek dan jurnal, kemudian ia mulai menulis novel dan itu membuatnya mendapatkan pengakuan internasional.

Karya-karyanya awalnya berbahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Gaya penulisannya pun selalu mengangkat tentang khazanah peradaban Mesir. Karya-karyanya juga banyak menggunakan tema sejarah dengan berlatar belakang Mesir. Selain pekerjaannya sebagai penulis, Mahfouz memiliki karir politik ganda, dan bekerja di berbagai kementerian pemerintah Mesir. Dia bekerja di siang hari dan menulis di malam hari, menghasilkan lebih dari 30 novel dan banyak cerita pendek sepanjang karirnya. Dia juga seorang penulis skenario, dan menambah penghasilannya dengan menulis skenario untuk layar tersebut. 

Ia tetap membujang hingga usia 43 tahun. Alasannya karena ia meyakini bahwa pernikahan  akan menghambat masa depannya, terutama karirnya. dia menikah dengan seorang wanita Mesir yang bernama ttiya Allah Ibrahim pada tahun 1954 dan memiliki dua anak perempuan yang bernama Fatima dan Umm Kulthsum.

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Posisi pengarang dalam masyarakat

Kiprah Naguib Mahfouz dalam dunia sastra bermula dari gemar dan cinta membaca, terutama buku dan peristiwa aktual yang ada di surat kabar terutama tentang politik. Ia juga gemar membaca tulisan yang berkaitan dengan pemikiran, intelektualitas, dan kritik sastra, seperti karya Thaha Husain seorang ahli sastra dan budaya Mesir.

Naguib Mahfouz adalah sastrawan yang banyak bercerita mengenai perkembangan peradaban di dalam karya-karyanya. Keunggulan karya-karyanya terletak pada kemampuannya menyerap ide-ide peradaban manusia dan menuangkannya kembali dalam sastra. Seorang sastrawan Afrika bernama Nadine Gordiner, ia melukiskan bahwa Naguib Mahfouz adalah salah satu dari orang kreatif terbesar dalam perkembangan novel dunia. Dari pendapat itu bersesuaian dengan dinobatkannya Naguib Mahfouz sebagai penerima Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1988.

Naguib Mahfouz telah didaulat sebagai penghulu novel modern di dunia Arab, akan tetapi ia tetap menjadi sosok yang sederhana. Meski sudah terkenal di seluruh dunia, terutama setelah ia mendapatkan penghargaan Nobel Sastra ia tetap tidak berubah. Karya-karyanya yang memukau dengan pemikiran-pemikiran yang kritis diangkatnya dalam karya-karya yang apik, baik dalam bentuk cerpen maupun novel.

Karya-karyanya yang awalnya dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Di Barat, karyanya dikenal luas terutama dikalangan mahasiswa yang mengambil sastra Arab sebagai bidang kajian. Setelah itu banyak bermunculan buku dan makalah yang membahas karya sastranya.

Di samping karya-karyanya yang lain, ternyata ada juga karyanya yang ditentang oleh masyarakat yaitu yang berjudul “Children of the Alley”.  Children of the Alleypertama kali muncul dalam bentuk serial pada tahun 1959 dan membuat marah otoritas agama karena penggambaran Tuhan dan para nabi sehingga Naguib Mahfouz setuju untuk tidak menerbitkan buku tersebut di Mesir, meskipun buku tersebut telah beredar di tempat lain di dunia Arab dan di Mesir. 

<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Masyarakat pembaca yang dituju

Masyarakat pembaca yang dituju oleh Naguib Mahfouz melalui cerita “harga seorang istri” adalah kepada pembaca yang telah dewasa (usia 18 tahun ke atas). Karena cerita “harga seorang istri” ini menceritakan tentang pasangan suami istri, yang di mana istrinya ini selingkuh dan telah melakukan perzinaan. Kata “perselingkuhan” dan “perzinaan” ini memiliki artian unsur dewasa, yang di mana pembaca yang dituju yaitu mereka yang berusia 18 tahun ke atas atau mereka yang sudah mengerti tentang unsur kedewasaan dan berumah tangga.

<!--[if !supportLists]-->6.      <!--[endif]-->Mata pencaharian sastrawan (dasar ekonomi produksi sastra) dan profesionalisme dalam kepengarangan.

Sebelum sebagai penulis novel, Naguib Mahfouz memulai karir menulisnya sebagai jurnalis dengan Al-Risalah pada tahun 1936. Selama masa itu, ia biasa menyumbangkan cerita pendek ke surat kabar Al-Ahram dan El-Hilal. Bukan hanya itu, ia juga seorang penulis skenario dan pada tahun 1938, ia diangkat sebagai Sekretaris Parlemen untuk Menteri Wakaf Islam di Kementerian Wakaf Islam.

Pada tahun 1945, ia pernah bekerja di perpustakaan Mausoleum al-Ghuri di Kairo, ia mengelola “Proyek Pinjaman Baik” yang merupakan pinjaman “tanpa bunga” untuk kaum miskin. Dan pada tahun itu juga ia mendapat kesempatan untuk mengamati daerah di Kairo dan menjelajahi literatur barat. Kemudian pada tahun 1950, ia bekerja sebagai Direktur Sensor di Biro Seni dan Direktur Yayasan untuk Dukungan Bioskop. Adapun tugas terakhirnya yaitu di Layanan Sipil adalah sebagai konsultan untuk Departemen Kebudayaan. Pada tahun 1971, ia bekerja sebagai penulis surat kabar al-Ahram dan ia terus berkontribusi di koran sampai beberapa saat sebelum kematiannya.

GAMBARAN SOSIAL DALAM CERPEN “HARGA SEORANG ISTRI”

        Dalam pembahasan ini memfokuskan pada gambaran sosial yang terdapat dalam cerita “harga seorang istri”. Gambaran sosial yang terjadi dalam cerita ini menggambarkan kehidupan manusia secara aktual, benar-benar terjadi dalam masyarakat, dan juga tidak terlepas dari nilai-nilai sosial di dalamnya. Gambaran sosial yang diungkapkan Naguib Mahfouz dalam cerita ini benar-benar terjadi di Masyarakat, artinya Naguib Mahfouz menuangkan pikirannya ke dalam bentuk sastra berdasarkan apa yang dilihatnya atau kejadian di sekitar zamannya.

 Cerita “harga seorang istri” bercerita tentang permasalahan rumah tangga dalam keluarga yang dialami oleh tokoh utama bernama Hamdi sebagai suami yang di mana istrinya ini berselingkuh dengan laki-laki lain sehingga dalam cerita ini hadirlah banyak konflik dan nilai-nilai sosial yang dapat diambil. Gambaran sosial tidak akan lepas dari nilai-nilai sosial di dalamnya. Adapun permasalahan terkait dengan nilai-nilai sosial yang ada di dalam cerita ini yaitu nilai kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup. Berikut penjelasan dan uraian nilai-nilai sosial yang terdapat dalam cerita “Harga seorang istri” karya Naguib Mahfouz.

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Kasih sayang

Dalam cerita “harga seorang istri” gambaran nilai kasih sayang terdapat pada sikap kasih sayang Hamdi kepada istrinya dan perilaku si tukang cukur kepada Hamdi. Berikut adalah beberapa kutipannya.

“Seorang gadis yang cantik nan sopan. Hamdi mendengar tentangnya dan tertarik padanya. Dan sekarang ia sedang berada dalam puncak kenikmatan jiwa.

Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu kasih sayang tentang kesetiaan Hamdi kepada istrinya. Hamdi menikahinya karena ia tertarik tentangnya. Bukan hanya itu saja, istrinya juga cantik dan sopan. Ia pun sangat bahagia menikah dengan istrinya.

“Berkaitan dengan sosok yang melekat dengan seluruh kenangan indah yang telah dilalui, sekarang semua itu itu menjadi kebalikannya, hitam suram, sama sekali tak masuk akal. Ia pun mengingat-ngingat bagaimana istrinya menemui dirinya -saat khitbah- dengan kaku dan bisu, seakan-akan ia bertemu dengan orang tua bukan seorang yang melamarnya.”

Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu kasih sayang tentang kesetiaan Hamdi kepada istrinya. Ia mengingat kenangan indah Ketika ia pertama kali bertemu istrinya dan mengkhitbahnya, tetapi hal itu telah menjadi kelam dan suram.

“Pria itu pun menghela nafas, “Baiklah tuanku.. Ketahuilah, saya sudah mengamati hal ini… Sejak dua pekan yang lalu, saya melihat seorang pemuda yang bolak balik di atas bangunan yang anda tinggali setiap pagi setelah jam 8. Saya memperhatikannya, sehingga setiap pagi saya selalu sibuk mengamatinya dan saya perhatikan ia datang dari Jalan ‘Ashim sekitar jam 7 kemudian ia membeli kopi di Cafe Najmah sampai engkau keluar dari rumah dan pergi ke kantor. Ia baru membayar kopinya dan meninggalkan cafe kemudian pergi ke tempat tinggal anda.”

Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu keserasian hidup yang dilakukan oleh si tukang cukur kepada Hamdi. Si tukang cukur mengetahui suatu rahasia dari istri Hamdi yaitu bahwa ada seorang pemuda selalu ke apartement Hamdi setiap jam 8 pagi dan tanpa sepengetahuan Hamdi. Dan dari itulah si tukang cukur berinisiatif menolong Hamdi mengungkap kebenaran tentang istrinya. Dalam kutipan tersebut terdapat nilai sosial kasih sayang tentang tolong menolong.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Tanggung jawab

Dalam cerita “harga seorang istri” gambaran nilai tanggung jawab perilaku si tukang cukur dan perilaku Hamdi menyuruh selingkuhan istrinya untuk membayar perbuatannya dan juga meminta istrinya untuk menjelaskan kepada keluarganya apa maksud dari satu riyal tersebut. Berikut adalah beberapa kutipannya.

“Tuanku, saya berharap bahwa saya telah keliru. Akan tetapi saya hanya berharap kepada Allah agar menghilangakn kesalahan dalam dugaanku. Sudah lama saya ragu untuk memberitahukan pembicaraan ini kepada engkau. Akan tetapi saya memandang bahwa menjelaskan ini dengan segala resikonya lebih baik bagiku daripada saya sembunyikan tapi selamat.”

Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu tanggung jawab dari si tukang cukur. Sebenarnya sudah lama si tukang cukur ingin menjelaskan rahasia tersebut kepada Hamdi dan tidak bisa menyembunyikannya lagi dan ia juga merasa lebih legah jika sudah mengatakannya. Ia juga bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia katakan. Dalam kutipan tersebut terdapat nilai sosial tanggung jawab tentang empati.

“Perhatian orang-orangpun semakin tertuju padanya, ia pun mengambil uang real itu dari pamannya dan mengatakan, “Chouchou lebih mengetahui kisah uang real ini dariku, aku akan mempersilahkannya untuk menceritakannya kepada kalian. Ayo Chouchou, ceritakan kisah kepada mereka sehingga itu bisa membangkitkan selera makan mereka!”

Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu tanggung jawab. Ketika keluarganya dan keluarga istrinya lagi berkumpul di apartementnya, Hamdi memberikan pamannya uang satu real dari selingkuhan istrinya kemudian mengambilnya Kembali dari pamannya dan ia menyuruh istrinya menjelaskan apa maksud dari satu real tersebut karena Hamdi ingin istrinya mengakui dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dalam kutipan tersebut terdapat nilai sosial tanggung jawab tentang disiplin.

 

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Keserasian hidup

Dalam cerita “harga seorang istri” gambaran nilai keserasian hidup terdapat pada perilaku Hamdi kepada selingkuhan istrinya. Berikut adalah kutipannya.

“Ia mengatakan hal itu sambil menengadahkan telapak tangannya kepada si pemuda yang keheranan, “Bayar!” Pemuda itu kikuk sambil melihat kepadanya, maka sang suami berkata kepadanya dengan seiurs, “Kamu ini gimana?! Kamu tidak menghargai berhubungan badan dengan wanita ini sehingga kamu dak mau membayar? Apakah kamu berfikir berhubungan badan disini gratis?”

Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu keserasian hidup tentang keadilan. Hamdi meminta bayaran kepada selingkuhan istrinya karena di dunia ini tidak ada yang gratis dan harus membayar atas perbuatannya kepada istrinya.