RINGKASAN SKRIPSI
Nama : Alfiyah
NIM : 40100119098
Judul penelitian ini adalah “Nilai-Nilai
Sosial Dalam Cerita “Harga Seorang Istri” Karya Naguib Mahfouz (Kajian
Sosiologi Sastra)”. Karya sastra
terdiri dari dua jenis, puisi dan prosa, dan contoh prosa adalah cerpen. Cerita
pendek adalah cerita fiksi yang dapat ditulis berdasarkan peristiwa atau
pengalaman yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Cerita pendek
mengisahkan nilai-nilai dan
gambaran sosial yang terdapat
dalam kehidupan manusia dan dapat dijadikan sebagai acuan positif serta
menambah wawasan pengalaman bagi para penikmat cerpen.
Dalam sebuah cerpen terdapat nilai-nilai sosial dan gambaran sosial yang
dapat digali dari pembacanya dengan mempertimbangkan realitas sosial yang
terjadi di seluruh masyarakat. Nilai-nilai
sosial merupakan sikap-sikap individu yang diapresiasi dan dijadikan tolak ukur
dalam bersikap agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Menurut
Koentjaraningrat, nilai sosial adalah suatu sistem nilai budaya yang biasanya
menjadi pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sedangkan menurut Zubaedi,
nilai-nilai sosial adalah nilai yang dijunjung oleh Masyarakat tentang suatu
hal yang dinilai baik atau buruk oleh Masyarakat. Kesimpulannya, nilai-nilai
sosial adalah perilaku dan tindakan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada
penelitian ini berfokus kepada teori Zubaedi dan nilai-nilai sosial yang
terdapat pada penelitian ini sesuai dengan teori dari Zubaedi yaitu kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup.
Gambaran sosial yang
diungkapkan Naguib Mahfouz dalam cerita “Harga Seorang Istri” sama dengan
gambaran yang terjadi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan Junus, bahwa karya sastra menggambarkan atau memuat kondisi sosial
budaya suatu masyarakat oleh pengarang melalui kreasi dan imajinasi. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis
cerita “Harga Seorang Istri” sebagai objek kajiannya. Cerita “Harga Seorang Istri” merupakan
salah satu judul dalam kumpulan cerpen karya Naguib Mahfouz yang berjudul
“Fatwa Pengasih”. Cerita “Harga seorang istri” menceritakan tentang seorang
laki-laki yang bernama Hamdi mengetahui pengkhianatan istri dan kekasih
istrinya, kemudian ia menanyakan harga persetubuhan sang istri dengan
kekasihnya dan dia mengambil satu riyal dari kekasih istrinya. Suatu hari dia
mengumpulkan keluarganya dan keluarga istrinya dan meminta istrinya untuk
menceritakan kisah tentang riyal, tetapi istrinya tidak berani menceritakannya.
Dan tanpa berpikir panjang istrinya bunuh diri dengan melompat keluar dari
apartement.
Sosiologi dan sastra adalah manusia
dalam masyarakatnya. Sosiologi sastra adalah penelitian yang berfokus pada topik
mempelajari manusia dan lingkungan. Menurut Wellek dan Warren, sosiologi sastra
adalah hubungan antara sastra dan masyarakat, yang berarti bahwa sastra adalah
ungkapan perasaan terhadap masyarakat. Adapun tiga teori sosiologi sastra
menurut wellek dan warren yaitu
sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca.
Pada penelitian ini berfokus pada
sosiologi pengarang dan sosiologi karya sastra sesuai dengan teori Wellek dan Warren. Sosiologi pengarang adalah salah satu kajian sosiologi sastra
yang memfokuskan perhatian pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Adapun
yang dikaji peneliti dalam penelitian ini yaitu status sosial pengarang, ideologi
pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi pengarang dalam
masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, dan mata pencaharian pengarang (dasar
ekonomi produksi sastra) dan profesionalisme dalam kepengarangan. Sedangkan sosiologi karya sastra adalah kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya
sastra dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial yang ada dalam
Masyarakat. Adapun yang
dikaji peneliti dalam penelitian ini yaitu gambaran sosial dan nilai-nilai
sosial dalam cerita tersebut.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bagaimana
sosiologi pengarang dalam cerita “Harga Seorang Istri”?
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Bagaimana
gambaran sosial dalam cerita “Harga Seorang Istri”?
Dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Adapun
sumber data primernya adalah cerita
“harga seorang istri”, sedangkan sumber
sekundernya adalah buku sosiologi sastra, buku metodologi penelitian, artikel ilmiah, dan
referensi lainnya yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik pengumpulan data yaitu observasi dan
dokumentasi, sedangkan teknis analisis data yaitu memilih data, klasifikasi
data, dan penyajian data.
Wellek dan Werren membagi tiga
klasifikasi sosiologi sastra menjadi tiga yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Sosiologi Pengarang
Sosiologi pengarang adalah salah satu
kajian sosiologi sastra yang memfokuskan si pengarang sebagai penghasil dari
karya sastra. Dalam sosiologi pengarang, pengarang
sebagai pencipta karya sastra dianggap merupakan makhluk sosial yang
keberadaannya terikat oleh status sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar belakang
sosial budaya pengarang, Posisi pengarang dalam masyarakat, Masyarakat pembaca yang
dituju, Mata pencaharian pengarang dan Profesionalisme pengarang.
<!--[if !supportLists]-->A.
<!--[endif]-->Status sosial pengarang
Status sosial sering kali disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat
seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Status
sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya.
<!--[if !supportLists]-->B.
<!--[endif]-->Ideologi sosial pengarang
Ideologi memiliki pengertian sebagai himpunan dari nilai, ide,
norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian atau problem
yang mereka hadapi. Dalam pandangan sosiologi pengarang,
ideologi sosial yang dianut seorang pengarang akan mempengaruhi bagaimana dia
memahami dan mengevaluasi masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.
<!--[if !supportLists]-->C.
<!--[endif]-->Latar belakang sosial budaya pengarang
Latar belakang sosial budaya pengarang adalah masyarakat dan
kondisi sosial budaya dari mana pengarang dilahirkan, tinggal, dan berkarya.
Latar belakang tersebut, secara langsung maupun tidak langsung akan memiliki
hubungan dengan karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai manusia dan makhluk
sosial, pengarang akan dibentuk oleh masyarakatnya. Dia akan belajar dari apa
yang ada di sekitarnya.
<!--[if !supportLists]-->D.
<!--[endif]-->Posisi pengarang dalam Masyarakat
Posisi pengarang cukup penting dalam masyarakat, di samping
memiliki pengaruh terhadap isi karya sastranya, juga memiliki pengaruh terhadap
keberterimaan karya-karya yang dihasilkannya bagi masyarakat, karena Karya
karya sastra itulah yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang secermat
cermatnya. Pandangan sosial pengarang harus dipertimbangkan apabila sastra akan
dinilai sebagai cerminan masyarakat.
<!--[if !supportLists]-->E.
<!--[endif]-->Masyarakat pembaca yang dituju
Agar karyanya dapat diterima masyarakat, maka sastrawan harus
mempertimbangkan isi dan bahasa yang dipakai. Memang dalam berkarya pengarang
tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera publiknya, tetapi
ada kemungkinan justru pengaranglah yang menciptakan publiknya. Sering kali,
bahkan seorang pengarang telah menentukan siapakah calon pembaca yang dituju.
<!--[if !supportLists]-->F.
<!--[endif]-->Mata pencaharian pengarang dan profesionalisme
pengarang
Tidak semua pengarang bermata
pencaharian dari aktivitas menulis semata mata. Sebagai orang yang memiliki
pekerjaan rangkap, maka sudah pasti mereka mendapatkan penghasilan bukan
semata-mata dari profesinya sebagai sastrawan. Bahkan boleh jadi, penghasilan
utamanya bukanlah dari profesinya sebagai sastrawan, tetapi dari pekerjaan
lainnya.
Pekerjaan rangkap bagi seorang
pengarang menyebabkan masalah profesionalisme dalam kepengarangan. Sejauh mana
seorang pengarang menganggap pekerjaannya sebagai
suatu profesi. Apakah dia menganggap pekerjaannya sebagai pengarang sebagai profesinya utamanya, ataukah sebagai profesi
sambilan. Di samping itu, pekerjaan rangkap yang dipilih seorang pengarang juga memiliki pengaruh terhadap karya sastra yang
diciptakannya.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Sosiologi Karya Sastra
Sosiologi karya sastra adalah kajian
sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan
masalah-masalah sosial yang ada dalam Masyarakat. Fokus perhatian sosiologi
karya sastra adalah pada isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat
dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.
Sosiologi karya sastra mengkaji sastra sebagai cermin Masyarakat. Apa yang
tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan Kembali
realitas yang terdapat dalam Masyarakat.
Untuk
melakukan analisis pada
karya sastra sebagai cerminan dari realitas
sosial
yang ada, Damono
(1978) dan
Junus
(1986) (dalam Asri,
2011)
mengungkapkan
ada dua teknik.
Teknik
pertama
dengan memahami latar
atau
lingkungan
sosial agar bisa
masuk ke
dalam
hubungan sastra dengan
faktor-
faktor
luar. Teknik kedua
dilakukan
dengan
mengungkapkan faktor sosial
yang
terdapat di dalam
karya sastra
tersebut,
lalu mengujinya dengan
faktor
sosial yang dibahas.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Sosiologi Pembaca
Sosiologi pembaca adalah kajian sosiologi
sastra yang mempermasalahkan dampak sosial suatu karya sastra bagi si pembaca.
Sastra ditulis untuk dibaca. Pembaca karya sastra berasal dari bermacam-macam
golongan, kelompok, agama, pendidikan, umur, dan sebagainya. Pertanyaan
penelitian bisa diajukan terhadap pengaruh karya sastra itu terhadap sekelompok
pembaca, dan jika pengaruh itu dianggap buruk oleh Masyarakat umum atau
pemerintah, misalnya bisa saja karya sastra itu dilarang beredar. Di samping
itu, juga mengkaji fungsi sosial sastra, mengkaji seberapa jauh nilai sastra
berkaitan dengan nilai sosial.
Zubaedi menyatakan bahwa nilai-nilai sosial
terdiri dari tiga, yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Kasih sayang
Kasih sayang adalah gambaran atau perasaan
yang dapat dirasakan oleh makhluk hidup. Kasih sayang dapat ditunjukkan makhluk
hidup melalui sikap kepada makhluk hidup lain. Menurut Zubaedi, kasih sayang dapat
diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu a) pengabdian, b) tolong menolong,
c) kesetiaan, dan d) kepedulian.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sikap seseorang dalam
menanggung semua tugas dan kewajiban secara sungguh-sungguh. Zubaedi membagi
tanggung jawab menjadi tiga yaitu a) rasa memiliki, b) disiplin, dan c) empati.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Keserasian hidup
Keserasian hidup memberikan pedoman pada
Masyarakat saling berkasih sayang dengan semua manusia dan saling hidup
harmonis. Zubaedi membagi keserasian hidup menjadi
empat bagian yaitu a) keadilan, b) toleransi, c) kerja sama, dan d) demokrasi.
Biografi
dan Karya Naguib Mahfouz
Naguib Mahfouz Nama lengkapnya adalah Naguib
Mahfouz bin Abdul Aziz bin Ibrahim Ahmed Pasha. Penulis novel dan cerita pendek paling terkemuka di Mesir modern.
Ia dilahirkan di lingkungan Al-Hussein, yang merupakan salah satu lingkungan
terkenal di kota Kairo, yang dikuasai pada tahun 969 oleh Jawhar Al-Saqili.
Panglima tentara Fatimiyah berlatar belakang Mu'aziddin Allah, dan beliau lahir
pada tanggal 11 Desember 1911 Masehi.
Ayahnya, Abdul Aziz Ibrahim, adalah seorang pegawai pemerintah dan
nama ibunya adalah Fatima. Dia memiliki 6 saudara kandung, empat saudara
laki-laki dan dua saudara perempuan, dan Najib adalah anak bungsu dan lahir
dari keluarga islam. Naguib Mahfouz memulai studinya
ketika ia masuk ke dalam “Al-Kuttab”, kemudian menyelesaikan pendidikan dasar
dan menengahnya, dan minatnya terhadap sastra Arab mulai meningkat pada tahap
ini. Naguib Mahfouz menyaksikan revolusi 1919 ketika ia baru berusia tujuh
tahun. Revolusi ini berdampak besar pada dirinya, karena ia pertama kali
merasakan perasaan patriotik dan nasionalis, dan hal itu sangat memengaruhi
tulisan-tulisannya selanjutnya. Setelah menyelesaikan studinya di Al-Kuttab
tersebut, Naguib Mahfouz bergabung dengan Universitas Mesir pada tahun 1930. Ia
memperoleh gelar dalam bidang filsafat pada tahun 1934. Kemudian ia melanjutkan
studi gelar master dan mengambil jurusan filsafat, namun berhenti setelah satu
tahun, dengan tujuan. memprofesionalkan keterampilan menulis dan menulis.
Naguib Mahfouz adalah seorang penulis dan novelis Mesir, yang
dianggap sebagai salah satu penulis Arab terpenting selama abad kedua puluh.
Naguib Mahfouz lahir di kota Kairo, tempat ia dibesarkan dan menerima
pendidikan universitas di universitas tersebut, sehingga ia dapat memperoleh
gelar dalam bidang filsafat. Sepanjang hidupnya, Mahfouz menulis banyak karya
sastra, terutama trilogi terkenalnya dan “Anak-anak Lingkungan Kita”. Sebagian besar peristiwa dalam novelnya terjadi di
lingkungan Mesir yang populer, dan terlepas dari realisme sastra Naguib
Mahfouz, ia juga menangani isu-isu eksistensial, dan ia berhasil memperoleh
Hadiah Nobel Sastra, menjadikannya satu-satunya orang Arab yang memenangkannya.
Tulisan Naguib Mahfouz juga tidak sebatas novel saja, tetapi juga menambah
hingga penulisan artikel jurnalistik di surat kabar Mesir hingga kematiannya.
Dan pada tahun 1954 Naguib Mahfouz menikah dengan Attiya Allah Ibrahim, dan
pasangan tersebut memiliki dua anak perempuan, Fatima dan Umm Kulthum. Naguib
Mahfouz kemudian menyatakan bahwa dia tetap membujang sampai dia berusia 43
tahun karena menurutnya pernikahan akan membatasi masa depannya di bidang
sastra.
Karya-kaya Naguib Mahfouz awalnya
berbahasa Arab kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, dan
Prancis. Karya Naguib Mahfouz banyak menggunakan tema sejarah dengan latar
belakang Mesir. Naguib Mahfouz banyak mengambil gambar/memotret kehidupan sosial,
politik, agama, dan kebudayaan Mesir. Gaya penulisannya tidak pernah berganti,
ia konsisten mengangkat khazanah peradaban dan kebudayaan Mesir. Di Barat, karya Naguib Mahfouz dikenal luas
terutama dikalangan mahasiswa yang mengambil sastra Arab sebagai bidang kajian.
Setelah itu banyak bermunculan buku dan makalah yang membahas karya sastranya. Naguib Mahfouz telah menerbitkan puluhan judul dalam berbagai genre sastra
selama lebih dari setengah abad, antara lain yaitu 39 karya fiksi, 19 cerita
pendek, dan 2 terjemahan dan dialog.
Adapun hasil
penelitian dari penelitian ini yaitu:
SOSIOLOGI PENGARANG DALAM CERPEN "HARGA
SEORANG ISTRI"
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Status sosial pengarang
Naguib Mahfouz lahir di sebuah
keluarga kelas menengah di Kairo. Pendidikan
dasar dimulainya dengan belajar di sekolah Alquran juga disebut 'Kuttab'.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kuttab, ia kemudian mendaftar di
Universitas Mesir pada tahun 1930 dan ia lulus dengan gelar di bidang Filsafat
pada tahun 1934. Kemudian ia melanjutkan
untuk mengejar gelar MA dalam bidang Filsafat, tetapi dihentikan setelah satu
tahun, dengan tujuan mengambil penulisan profesional sebagai pekerjaan. Setelah menyelesaikan
kelulusannya, ia melanjutkan pekerjaan
dengan dinas sipil Mesir pada tahun 1934 dan ia terus bekerja di berbagai departemen sampai pensiun
pada tahun 1971. Awalnya bekerja sebagai pegawai di Universitas Kairo. Pada tahun 1936, ia memulai karir menulisnya sebagai jurnalis
dengan Al-Risala. Selama masa ini, ia juga biasa menyumbangkan cerita pendek ke
surat kabar Al-Ahram dan El-Hilal.
Pada tahun 1938, ia
diangkat sebagai Sekretaris Parlemen untuk Menteri Wakaf Islam di Kementerian
Wakaf Islam (Awqaf). Ia meminta dipindahkan ke perpustakaan Mausoleum al-Ghuri di Kairo pada tahun
1945. dia mengelola 'Proyek Pinjaman Baik', yang merupakan program pinjaman
'tanpa bunga' untuk kaum miskin. Dia juga mendapat kesempatan untuk mengamati
daerah dan kehidupan di sana dan menjelajahi literatur barat.
Selama tahun 1950-an ia
menjabat sebagai Direktur Sensor di Biro Seni dan Direktur Yayasan untuk
Dukungan Bioskop dan tugas terakhirnya di Layanan Sipil adalah sebagai
konsultan untuk Departemen Kebudayaan. Pada tahun 1971, ia ditawari posisi
dengan surat kabar al-Ahram dan ia terus menulis kolom setiap minggu. Dia terus
berkontribusi di koran sampai beberapa saat sebelum kematiannya..
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Ideologi sosial pengarang
Ideologi sosial pengarang
dalam cerpen “harga seorang istri” terbangun dari kegemarannya yang suka
membaca buku sejak duduk di bangku sekolah dasar dan awal sekolah menengah
tingkat pertama dan ia juga gemar membaca surat kabar tentang peristiwa aktual
terutama tentang politik. Seiring bertambah usia dan wawasannya ia mulai gemar membaca
karya sastra, seni, artikel ilmiah, dll.
Dia mulai menulis pada usia 18 tahun dan terus mengejar minatnya sampai
kematiannya. Karya-karyanya
banyak menggunakan tema sejarah dengan latar belakang Mesir. Naguib Mahfouz banyak mengambil
gambar/memotret kehidupan sosial, politik, agama, dan kebudayaan Mesir dahulu
hingga sekarang. Gaya penulisannya pun tidak pernah berganti dan tetap
konsisten mengangkat khazanah peradaban dan kebudayaan Mesir. Berlatar
belakang dari kehidupannya di Mesir kemudian ia melahirkan tulisan-tulisan yang
menggambarkan kondisi sosial, politik, agama, dan kebudayaan yang ada di Mesir.
Naguib Mahfouz telah menerbitkan puluhan judul
karya sastra berupa novel maupun cerpen. Adapun
contoh kutipannya dalam cerpen “harga seorang istri” yaitu
“Pembaca dapat mengambil hikmah dari akhir kisah ini. Tidak
diragukan lagi, kita banyak membaca di kabar berita tentang mereka yang bunuh
diri lompat dari jendela, dan semoga saat kisah ini dibaca, mungkin ia bisa
mencari tau tentang sebab yang tersembunyi yang menyebabkan kejadian itu
terjadi. Ini hanya salah satu rahasia dari mereka yang bunuh diri dan sungguh
disayangkan kisahnya harus berakhir sedih seperti ini. Akan tetapi apa yang
harus aku lakukan jika kisahnya pun diawali dengan perbuatan yang sangat-sangat
disayangkan?”
Kutipan tersebut menggambarkan
alasan si pengarang menulis cerpen “harga seorang istri” karena ia membaca di
surat kabar banyaknya kejadian di luar sana tentang seseorang yang bunuh diri
baik dikarenakan stress maupun keputusasaan. Dan cerpen “harga seorang istri”
ini berakhir dengan kejadian yang sangat menyedihkan karena si istri bunuh diri
karena merasa stress dan malu dengan suami maupun keluarganya karena ia telah
melakukan perzinaan dan perselingkuhan.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Latar belakang sosial budaya pengarang
Naguib Mahfouz adalah salah satu
novelis Arab paling terkenal di dunia dan mendapatkan penghargaan Nobel Sastra
pada tahun 1988. Karya-karyanya
sebagian besar berkaitan dengan negara asalnya Mesir, dan mencakup berbagai
topik di dalamnya, mulai dari kehidupan kelas menengah dan kelas bawah hingga
sejarah kuno peradaban. Ia lahir di Kairo
pada tanggal 11 Desember 1911 dan tinggal di bagian Gamaliya di Kairo. Ia
merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Abdul Aziz
Ibrahim, seorang pegawai pemerintah dan ibunya bernama Fatima. Ia sangat dipengaruhi oleh revolusi Mesir pada tahun
1919 karena ia pertama kali merasakan perasaan patriotik dan nasionalis,
dan hal itu sangat memengaruhi karya-karyanya.
Ia bersekolah di
sekolah Alquran atau yang disebut 'Kuttab'. Setelah menyelesaikan pendidikannya
di “Kuttab”, ia kemudian mendaftar di Universitas Mesir pada tahun 1930 dan
lulus pada tahun 1934 dengan gelar di bidang Filsafat. Saat kuliah di Universitas Mesir, ia
belajar filsafat, bukan sastra, yang menginspirasinya untuk menulis banyak
sekali artikel non-fiksi untuk berbagai majalah dan surat kabar. Dia mulai
belajar untuk mendapatkan gelar master dalam bidang filsafat, tetapi akhirnya
meninggalkannya untuk melanjutkan menulis.
Ketika masih kecil
ia memang sudah gemar membaca buku cerita anak-anak, terutama buku terjemahan
dari bahasa Eropa. Buku-buku cerita yang ia baca betul-betul menumbuhkan dan
mengembangkan daya imajinasinya sampai-sampai ia menangis ketika membaca cerita
sedih, atau tertawa ketika membaca cerita lucu. Dan ketika duduk di bangku
sekolah menengah atas dan bertambahnya usia serta wawasannya, ia mulai membaca
tulisan tentang politik dan berita tentang peristiwa aktual di surat kabar
terutama peristiwa politik. Setelah itu, kegemarannya juga tumbuh dalam membaca
karya sastra, seni, dan artikel ilmiah.
Pada usia 18 tahum
ia mulai menulis dan dari situlah ia mulai menuangkan karya-karyanya yang tidak
terlepas dari kehidupan yang ada di Mesir, seperti kondisi sosial, politik,
agama, dan kebudayaan yang ada di Mesir. Naguib Mahfouz memulai karir sastranya dengan menulis cerita pendek dan jurnal, kemudian ia mulai menulis novel dan itu membuatnya mendapatkan pengakuan internasional.
Karya-karyanya
awalnya berbahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
Prancis, dan Jerman. Gaya penulisannya pun selalu mengangkat tentang khazanah
peradaban Mesir. Karya-karyanya juga banyak menggunakan tema sejarah dengan
berlatar belakang Mesir. Selain pekerjaannya sebagai penulis, Mahfouz memiliki karir
politik ganda, dan bekerja di berbagai kementerian pemerintah Mesir. Dia
bekerja di siang hari dan menulis di malam hari, menghasilkan lebih dari 30
novel dan banyak cerita pendek sepanjang karirnya. Dia juga seorang penulis
skenario, dan menambah penghasilannya dengan menulis skenario untuk layar
tersebut.
Ia
tetap membujang hingga usia 43 tahun. Alasannya karena ia meyakini bahwa pernikahan akan
menghambat masa depannya, terutama karirnya. dia menikah dengan seorang
wanita Mesir yang bernama ttiya Allah Ibrahim pada tahun 1954 dan memiliki dua anak perempuan yang bernama
Fatima dan Umm Kulthsum.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Posisi pengarang dalam masyarakat
Kiprah Naguib Mahfouz dalam dunia
sastra bermula dari gemar dan cinta membaca, terutama buku dan peristiwa aktual
yang ada di surat kabar terutama tentang politik. Ia juga gemar membaca tulisan yang berkaitan dengan pemikiran,
intelektualitas, dan kritik sastra, seperti karya Thaha Husain seorang ahli
sastra dan budaya Mesir.
Naguib Mahfouz
adalah sastrawan yang banyak bercerita mengenai perkembangan peradaban di dalam
karya-karyanya. Keunggulan karya-karyanya terletak pada kemampuannya menyerap
ide-ide peradaban manusia dan menuangkannya kembali dalam sastra. Seorang
sastrawan Afrika bernama Nadine Gordiner, ia melukiskan bahwa Naguib Mahfouz
adalah salah satu dari orang kreatif terbesar dalam perkembangan novel dunia.
Dari pendapat itu bersesuaian dengan dinobatkannya Naguib Mahfouz sebagai
penerima Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1988.
Naguib
Mahfouz telah didaulat sebagai penghulu novel modern di dunia Arab, akan tetapi
ia tetap menjadi sosok yang sederhana.
Meski sudah terkenal di seluruh dunia, terutama setelah ia mendapatkan
penghargaan Nobel Sastra ia tetap tidak berubah. Karya-karyanya yang memukau
dengan pemikiran-pemikiran yang kritis diangkatnya dalam karya-karya yang apik,
baik dalam bentuk cerpen maupun novel.
Karya-karyanya yang awalnya
dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, dan
Jerman. Di Barat,
karyanya dikenal luas terutama dikalangan mahasiswa yang mengambil sastra Arab
sebagai bidang kajian. Setelah itu banyak bermunculan buku dan makalah yang
membahas karya sastranya.
Di samping
karya-karyanya yang lain, ternyata ada juga karyanya yang ditentang oleh
masyarakat yaitu yang berjudul “Children
of the Alley”. “Children
of the Alley” pertama kali
muncul dalam bentuk serial pada tahun 1959 dan membuat marah otoritas agama
karena penggambaran Tuhan dan para nabi sehingga Naguib Mahfouz setuju untuk
tidak menerbitkan buku tersebut di Mesir, meskipun buku tersebut telah beredar
di tempat lain di dunia Arab dan di Mesir.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Masyarakat pembaca yang dituju
Masyarakat pembaca yang dituju oleh
Naguib Mahfouz melalui cerita “harga seorang istri” adalah kepada pembaca yang
telah dewasa (usia 18 tahun ke atas). Karena cerita “harga
seorang istri” ini menceritakan tentang pasangan suami istri, yang di mana istrinya ini selingkuh dan telah melakukan
perzinaan. Kata “perselingkuhan” dan “perzinaan” ini memiliki artian unsur
dewasa, yang di mana pembaca yang dituju yaitu mereka yang berusia 18 tahun ke atas atau mereka yang sudah
mengerti tentang unsur kedewasaan dan berumah tangga.
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Mata pencaharian sastrawan (dasar ekonomi
produksi sastra) dan profesionalisme dalam kepengarangan.
Sebelum sebagai penulis novel,
Naguib Mahfouz memulai karir menulisnya sebagai jurnalis dengan Al-Risalah pada tahun 1936. Selama
masa itu, ia biasa menyumbangkan cerita pendek ke surat kabar Al-Ahram dan
El-Hilal. Bukan hanya itu, ia juga seorang penulis skenario dan pada
tahun 1938, ia diangkat sebagai Sekretaris Parlemen untuk Menteri Wakaf Islam
di Kementerian Wakaf Islam.
Pada tahun 1945, ia pernah bekerja di perpustakaan Mausoleum
al-Ghuri di Kairo, ia mengelola “Proyek Pinjaman Baik” yang merupakan pinjaman
“tanpa bunga” untuk kaum miskin. Dan
pada tahun itu juga ia mendapat kesempatan
untuk mengamati daerah di Kairo dan menjelajahi literatur barat. Kemudian pada
tahun 1950, ia bekerja sebagai Direktur Sensor di Biro Seni dan Direktur
Yayasan untuk Dukungan Bioskop. Adapun tugas terakhirnya yaitu di Layanan Sipil
adalah sebagai konsultan untuk Departemen Kebudayaan. Pada tahun 1971, ia
bekerja sebagai penulis surat kabar al-Ahram dan ia terus berkontribusi di
koran sampai beberapa saat sebelum kematiannya.
GAMBARAN
SOSIAL DALAM CERPEN “HARGA SEORANG ISTRI”
Dalam pembahasan ini memfokuskan pada
gambaran sosial yang terdapat dalam cerita “harga seorang istri”. Gambaran
sosial yang terjadi dalam cerita ini menggambarkan kehidupan manusia secara
aktual, benar-benar terjadi dalam masyarakat, dan juga tidak terlepas dari
nilai-nilai sosial di dalamnya. Gambaran sosial yang diungkapkan Naguib Mahfouz dalam cerita ini
benar-benar terjadi di Masyarakat, artinya Naguib Mahfouz menuangkan pikirannya
ke dalam bentuk sastra berdasarkan apa yang dilihatnya atau kejadian di sekitar
zamannya.
Cerita
“harga seorang istri” bercerita tentang permasalahan rumah tangga dalam
keluarga yang dialami oleh tokoh utama bernama Hamdi sebagai suami yang di mana
istrinya ini berselingkuh dengan laki-laki lain sehingga dalam cerita ini
hadirlah banyak konflik dan nilai-nilai sosial yang dapat diambil. Gambaran
sosial tidak akan lepas dari nilai-nilai sosial di dalamnya. Adapun
permasalahan terkait dengan nilai-nilai sosial yang ada di dalam cerita ini
yaitu nilai kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup. Berikut
penjelasan dan uraian nilai-nilai sosial yang terdapat dalam cerita “Harga
seorang istri” karya Naguib Mahfouz.
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Kasih sayang
Dalam cerita “harga seorang istri” gambaran nilai
kasih sayang terdapat pada sikap kasih sayang Hamdi kepada istrinya dan perilaku si tukang cukur kepada Hamdi.
Berikut adalah beberapa kutipannya.
“Seorang gadis yang cantik nan sopan. Hamdi mendengar
tentangnya dan tertarik padanya. Dan sekarang ia sedang berada dalam puncak
kenikmatan jiwa.”
Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh
nilai sosial yaitu kasih sayang tentang
kesetiaan Hamdi kepada istrinya. Hamdi menikahinya
karena ia tertarik tentangnya. Bukan hanya itu saja, istrinya juga cantik dan
sopan. Ia pun sangat bahagia menikah dengan istrinya.
“Berkaitan dengan sosok yang melekat dengan seluruh
kenangan indah yang telah dilalui, sekarang semua itu itu menjadi kebalikannya,
hitam suram, sama sekali tak masuk akal. Ia pun mengingat-ngingat bagaimana
istrinya menemui dirinya -saat khitbah- dengan kaku dan bisu, seakan-akan ia
bertemu dengan orang tua bukan seorang yang melamarnya.”
Pada
kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu kasih sayang tentang kesetiaan Hamdi
kepada istrinya. Ia mengingat kenangan indah Ketika ia pertama kali bertemu
istrinya dan mengkhitbahnya, tetapi hal itu telah menjadi kelam dan suram.
“Pria itu pun menghela nafas, “Baiklah tuanku..
Ketahuilah, saya sudah mengamati hal ini… Sejak dua pekan yang lalu, saya
melihat seorang pemuda yang bolak balik di atas bangunan yang anda tinggali setiap
pagi setelah jam 8. Saya memperhatikannya, sehingga setiap pagi saya selalu
sibuk mengamatinya dan saya perhatikan ia datang dari Jalan ‘Ashim sekitar jam
7 kemudian ia membeli kopi di Cafe Najmah sampai engkau keluar dari rumah dan
pergi ke kantor. Ia baru membayar kopinya dan meninggalkan cafe kemudian pergi
ke tempat tinggal anda.”
Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh
nilai sosial yaitu keserasian hidup
yang dilakukan oleh si tukang cukur kepada Hamdi. Si tukang cukur mengetahui
suatu rahasia dari istri Hamdi yaitu bahwa ada seorang pemuda selalu ke
apartement Hamdi setiap jam 8 pagi dan tanpa sepengetahuan Hamdi. Dan dari
itulah si tukang cukur berinisiatif menolong Hamdi mengungkap kebenaran tentang
istrinya. Dalam kutipan tersebut
terdapat nilai sosial kasih sayang tentang tolong menolong.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Tanggung
jawab
Dalam cerita “harga seorang istri” gambaran nilai tanggung
jawab perilaku si tukang cukur dan perilaku Hamdi menyuruh selingkuhan istrinya
untuk membayar perbuatannya dan juga meminta istrinya untuk menjelaskan kepada
keluarganya apa maksud dari satu riyal tersebut. Berikut adalah beberapa
kutipannya.
“Tuanku, saya berharap bahwa saya
telah keliru. Akan tetapi saya hanya berharap kepada Allah agar menghilangakn
kesalahan dalam dugaanku. Sudah lama saya ragu untuk memberitahukan pembicaraan
ini kepada engkau. Akan tetapi saya memandang bahwa menjelaskan ini dengan
segala resikonya lebih baik bagiku daripada saya sembunyikan tapi selamat.”
Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh
nilai sosial yaitu tanggung jawab dari si tukang cukur. Sebenarnya sudah lama
si tukang cukur ingin menjelaskan rahasia tersebut kepada Hamdi dan tidak bisa menyembunyikannya
lagi dan ia juga merasa lebih legah jika sudah mengatakannya. Ia juga
bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia katakan. Dalam kutipan tersebut terdapat nilai sosial tanggung
jawab tentang empati.
“Perhatian orang-orangpun semakin tertuju padanya, ia
pun mengambil uang real itu dari pamannya dan mengatakan, “Chouchou lebih
mengetahui kisah uang real ini dariku, aku akan mempersilahkannya untuk
menceritakannya kepada kalian. Ayo Chouchou, ceritakan kisah kepada mereka
sehingga itu bisa membangkitkan selera makan mereka!”
Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh
nilai sosial yaitu tanggung jawab. Ketika keluarganya dan keluarga istrinya
lagi berkumpul di apartementnya, Hamdi memberikan pamannya uang satu real dari
selingkuhan istrinya kemudian mengambilnya Kembali dari pamannya dan ia
menyuruh istrinya menjelaskan apa maksud dari satu real tersebut karena Hamdi
ingin istrinya mengakui dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dalam kutipan tersebut terdapat nilai sosial tanggung
jawab tentang disiplin.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Keserasian hidup
Dalam
cerita “harga seorang istri” gambaran nilai keserasian
hidup terdapat pada perilaku Hamdi kepada selingkuhan istrinya.
Berikut adalah kutipannya.
“Ia
mengatakan hal itu sambil menengadahkan telapak tangannya kepada si pemuda yang
keheranan, “Bayar!” Pemuda itu kikuk sambil melihat kepadanya, maka sang suami
berkata kepadanya dengan seiurs, “Kamu ini gimana?! Kamu tidak menghargai
berhubungan badan dengan wanita ini sehingga kamu dak mau membayar? Apakah kamu
berfikir berhubungan badan disini gratis?”
Pada kutipan di atas merupakan gambaran dari contoh nilai sosial yaitu keserasian hidup tentang keadilan. Hamdi meminta bayaran kepada selingkuhan istrinya karena di dunia ini tidak ada yang gratis dan harus membayar atas perbuatannya kepada istrinya.