Skema Aktan dalam Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berdasarkan Teori Strukturalisme Naratolo

  • 08:25 WITA
  • Administrator
  • Artikel

<!--[if !supportLists]-->A.      <!--[endif]-->Latar Belakang

Analisis strukturalisme merupakan suatu cara untuk menemukan makna keseluruhan dari suatu karya sastra yang menjadi bahan kajiannya, yaitu melalui pengupasan dan pemaparan unsur-unsur karya sastra yang membentuk keterkaitan dan keutuhan karya sastra. Pendekatan Strukturalisme dipelopori oleh kaum formalis Rusia dan strukturalisme praha yang mendapatkan pengaruh langsung dari teori saussure. Karya sastra dalam sudut pandang strukturalisme adalah sesuatu yang bersifat objektif, dimana karya sastra itu otonom, mandiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembacanya.

Ada banyak jenis pendekatan strukturalisme salah satunya adalah strukturalisme naratologi. Pendekatan struktural naratologi merupakan kajian semiotik yang di terapkan dalam cerita. Menurut Susanto (Negoro, 2020:22), naratologi pada hakikatnya merupakan semiotik yang diterapkan dalam bidang analisis cerita atau wacana. Pada suatu cerita terdapat bagian-bagian terkecil, bagian-bagian tersebut kemudian di gabungkan lagi dengan satu tata bahasa yang menekankan pada persoalan alur atau jalannya satu cerita. Karena dalam karya sastra, unsur penceritaanlah yang paling utama.

Adapun salah satu model dari strukturalisme naratologi yaitu struktur aktan dan fungsional oleh Greimas. Dalam pengkajiannya, pendekatan ini lebih memperhatikan aksi dibandingkan pelaku. Subjek yang terdapat dalam wacana merupakan manusia semu yang dibentuk oleh tindakan yang disebut actans dan acteurs. Menurut Rimon-Kenan (Rokhmansyah, 2014: 88), baik actans maupun acteurs dapat berupa suatu tindakan, tetapi tidak selalu harus merupakan manusia melainkan juga nonmanusia.

Aktan dalam teori Greimas, ditinjau dari segi tata cerita menunjukkan hubungan yang berbeda-beda. Maksudnya dalam suatu skema aktan suatu fungsi dapat menduduki beberapa peran dan dari karakter peran kriteria tokoh dapat diamati. Seorang tokoh dapat menduduki beberapa fungsi dan peran didalam suatu skema aktan. Dalam strukturalisme naratologi yang dikembangkan oleh A.J. Greimas, aksi lebih diperhatikan dibandingkan dengan pelaku. Yang menjadi inti dari teori Greimas adalah adanya kekuatan uktuk melakukan tindakan (aktan). Aktan dalam teori greimas menempati enam fungsi yaitu subjek,objek,pengirim atau sender, penerima atau receiver, penolong atau helper, dan penentang atau opposant.

Adapun struktur fungsional adalah model cerita yang tetap sebagai alur dan model itu terbangun oleh berbagai tindakan yang disebut fungsi. Model fungsional mempunyai tugas menguraikan peran subyek dalam rangka melaksanakan tugas dari sender “pengirim” yang terdapat dalam struktur cerita. Model fungsional terdiri situasi awal, tahap transformasi (terdiri dari tahap kecakapan, tahap utama, tahap kegemilangan), dan situasi akhir.

Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman merupakan salah satu cerita yang terdapat dalam Kisah Seribu Satu Malam karya Abu Abdullah Muhammad al-Jihsiyari. Kisah seribu satu malam atau lebih populer dengan judul arabian nights merupakan kumpulan cerita rakyat timur tengah dan asia selatan yang dirangkai dalam bahasa arab pada masa keemasan islam. Salah satu keistimewaan dari kisah seribu satu malam adalah teknik penceritaanya yang unik yakni teknik cerita berbingkai dimana satu tokoh dalam cerita menceritakan cerita lain yang didalamnya terdapat cerita lagi.

Selain karena keistimewaan yang telah dipaparkan diatas, alasan peneliti melakukan penelitian ini karena belum banyak penelitian terdahulu yang mengangkat kisah raja syahrayar dan raja shahzaman sebagai objek penelitiannya, khususnya dalam menganalisis struktur naratifnya.

<!--[if !supportLists]-->B.       <!--[endif]-->Rumusan Masalah

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Bagaimana Skema Aktan dalam  Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berdasarkan Teori Strukturalisme Naratologi oleh A.J. Greimas?

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Bagaimana Struktur Fungsional Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berdasarkan Teori Strukturalisme Naratologi oleh A.J. Greimas?

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Bagaimana Hubungan antar Skema Aktan dan Struktur Fungsional dalam membentuk Struktur Utama dalam cerita?

<!--[if !supportLists]-->C.      <!--[endif]-->Metodologi Penelitian

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Jenis penelitian: Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif yang berfokus pada pengumpulan data melalui buku, artikel, majalah maupun tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini, baik cetak maupun eletronik.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Sumber data: Terdapat dua jenis sumber data, pertama sumber data primer yakni Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman dalam Kisah Seribu Satu Malam karya Abu Abdullah Muhmmad al-Jihsiyari. kedua sumber data sekunder yakni berbagai rujukan dari buku, jurnal maupun artikel lain yang berhubungan dengan subjek penelitian ini.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Metode pengumpulan data: Pengumpulan data adalah metode untuk memperoleh data dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kepustakaan dengan mengumpulkan data dari buku,jurnal, artikel dan literatur lainnya untuk dijadikan sebagai sumber rujukan dari penelitian ini. Tahapan pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah pertama, membaca buku “Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman”. Kedua, mencari data dari berbagai sumber pustaka yang berhubungan dengan “Kisah Raja Syahrayar dan Syahzaman” dan analisis Strukturalisme Naratologi oleh Greimas. Ketiga, menghubungkan poin pertama dan kedua untuk mencapai tahap kesimpulan.

<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Metode analisis data: Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Strukturalisme Naratologi A.J. Greimas dalam Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman dalam Kisah Seribu Satu Malam karya Abu Abdullah Muhmmad al-Jihsiyari. Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah:

<!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Peneliti menentukan pokok masalah dalam setiap alur cerita.

<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Peneliti menentukan fungsi setiap unsur dalam satu pokok masalah yang terdapat dalam alur cerita.

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Peneliti mencatat dan menyederhanakan data yang telah didapatkan.

<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Peneliti mengambarkan dan mendeskripsikan pengaruh setiap fungsi dalam satu alur cerita.

<!--[if !supportLists]-->D.      <!--[endif]-->Hasil Penelitian

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Skema Aktan dalam  Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman

Jumlah Skema Aktan yang terdapat dalam Kisah Raja Syahrayar dan Raja Shahzaman dalam kisah Seribu Satu Malam sebanyak 14 Skema Aktan. Dari keempat belas Skema Aktan tersebut terdapat lima aktan yang mempunyai fungsi aktan yang utuh yaitu aktan 2, 4, 9,11 dan 12, serta terdapat tujuh aktan yang mengalami zeroisasi atau tidak terdapat fungsi aktan penolong maupun penentang yang terdapat dalam skema aktan 1, 3, 5, 6, 7,8, 10,12,13 dan 14. Jika dipaparkan sebagai berikut:

<!--[if !supportLists]-->a.       <!--[endif]-->Skema Aktan 1

Selama 20 tahun, Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berpisah karena memimpin kerajaan masing-masing. Hingga suatu ketika raja Syahrayar merasa rindu untuk bertemu dengan adiknya, Raja Syahzaman. Kerinduan Raja Syahrayar ini berperan sebagai sender yang menjadi penggerak cerita dari skema aktan ini. Tujuan dari sender ini adalah untuk melepas rindu dengan Raja Syahzaman, oleh sebab itu Raja Syahrayar memerintahkan wazirnya untuk mendatangi kerajaan adiknya dan menyampaikan keinginannya, yaitu undangan agar Raja Syahzaman datang mengunjunginya (objek) di kerajaannya. Subjek dalam skema ini adalah Wazir dari Raja Syahrayar yang mendapatkan perintah dari Raja Syahrayar untuk mendapatkan objek. Penerima dalam skema ini di perankan oleh Raja Syahzaman yaitu orang yang mendapatkan undangan untuk berkunjung dari raja syahrayar. Tidak terdapat peran penolong maupun penentang dalam skema ini.

<!--[if !supportLists]-->b.    <!--[endif]-->Skema Aktan 2

Setelah menerima undangan (sender) dari Raja Syahrayar yang disampaikan lewat wazirnya, Raja Syahzaman mulai mempersiapkan segala kebutuhan untuk melakukan perjalanan menuju kerajaan kakaknya.Peran subjek dalam skema ini adalah raja Syah zaman yaitu seseorang yang melakukan perjalanan demi mewujudkan keinginan sender yaitu pertemuan antara kedua raja (objek). Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berperan sebagai receiver karena mereka berdua yang mendapatkan objek dari usaha subjek. Penolong dalam skema ini adalah Wazir yang memiliki peran menyampaikan keinginan sender kepada subjek sekaligus mengawal subjek dalam perjalanannya, sedangkan opposant diperankan oleh tertinggalnya kharzah yang akan diberikan kepada raja syahrayar yang kemudian menjadi penghambat perjalanan mereka.

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Skema Aktan 3

Pada saat Raja Syahzaman kembali keistana untuk mengambil kharzah yang tertinggal, ia melihat perselingkuhan yang dilakukan istrinya dengan seorang budak berkulit hitam. Perselingkuhan istrinya ini yang kemudian menjadi sender yang menjadi penyebab kemarahan Raja Syahzaman (subjek). Karena kemarahnya itu, sehingga menyebabkan timbulnya keinginan untuk membunuh istri dan budak (objek)  pelaku zina tersebut. Istri Raja Syahzaman dan budak berkulit hitam menjadi penerima dalam skema ini. Penolong dalam skema aktan ini yaitu pedang yang digunakan Raja Syahzaman untuk menebas istri dan budaknya. Sedangkan tidak terdapat penentang yang menghalangi subjek untuk mendapatkan objek dalam skema ini.

<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Skema Aktan 4

Setelah rombongan Raja Syahzaman sampai di kerajaan Raja Syahrayar, Raja Syahzaman kemudian teringat akan peristiwa yang dialaminya terkait dengan perselingkuhan istrinya, yang menyebabkan kesedihannya. Kesedihan Raja Syahzaman ini berperan sebagai sender yang kemudian menjadi pemicu bagi subjek yaitu Raja Syahrayar untuk melakusan usaha untuk mendapatkan objek. Adapun objek dalam skema ini yaitu keinginan Raja Syahrayar untuk menghibur adiknya, raja Syahzaman. Penerima di perankan oleh Raja Syahzaman yang kemudian akan menerima objek berupa penghiburan dari Raja Syahrayar sebagai subjek. Untuk menghibur Raja Syahzaman, Raja Syahrayar kemudian mengajaknya untuk memancing dan berburu (penolong) namun ajakan tersebut ditolak oleh Raja Syahzaman (penentang). Karena penolakang tersebut, objek yang dicari oleh subjek tidak dapat tercapai. Ssehingga raja syahrayar pergi berburu sendirian.

<!--[if !supportLists]-->e.       <!--[endif]-->Skema Aktan 5

Setelah menolak ajakan kakaknya, Raja Syahzaman pergi ke sebuah ruangan. Dia membuka jendela yang terdapat di sana. Jendela itu menghadap langsung ke taman kerajaan. Disana Raja Syahzaman melihat istri kakaknya berbuat mesum dengan seorang budak bernama mas’ud, dan ikuti oleh para jariyah Raja bersama dengan budak lain. Hal ini menjadi sender yang membuat Raja Syahzaman sebagai subjek menganggap masalah yang dihadapinya lebih ringan (objek) daripada masalah yang diterima kakaknya. Hal ini menyebabkan perubahan sikap dari raja shahzaman (receiver) yang tadinya terlihat murung dan sedih menjadi ceria. Tidak terdapat fungsi peran penolong maupun penentang dalam skema ini.

<!--[if !supportLists]-->f.        <!--[endif]-->Skema Aktan 6

Setelah kembali dari perburuan, Raja Syahrayar melihat perubahan pada sikap adiknya, ia tak lagi sedih dan murung. Perubahan sikap Raja Syahzaman ini (sender) memicu rasa penasaran Raja Syahrayar untuk mengetahui penyebab perubahan sikapnya. Raja syahrayar (subjek) menjadi  seseorang yang melakukan suatu usaha untuk mengetahui penyebab perubahan sikap dari raja Syahzaman (objek) untuk menuntaskan rasa penasaran dari Raja Syahrayar (penerima). kesediaan Raja Syahzaman untuk bercerita (penolong) tentang penyebab perubahan sikapnya yang kemudian mempermudah subjek dalam mendapatkan objek. Sedangkan untuk peran penentang tidak ditemukan dalam skema ini.

<!--[if !supportLists]-->g.      <!--[endif]-->Skema Aktan 7

Setelah mendengar cerita dari Raja Syahzaman tentang perselingkuhan istrinya (sender), Raja Syahrayar tak lantas langsung percaya. Raja Syahrayar (subjek) ingin melihat secara langsung perselingkuhan istrinya (objek) dan para jariyahnya. Raja Syahrayar (penerima) yang akan mendapatkan objek dari subjek, siasat kedua raja (penolong)  untuk mengelabui para penghuni istana, dan tidak ada peran penentang yang menghalangi usaha subjek untuk mendapatkan objek.

<!--[if !supportLists]-->h.      <!--[endif]-->Skema Aktan 8

Setelah melihat perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya, Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman pergi meniggalkan kerajaan mereka. Diperjalanan mereka bertemu dengan jin dan seorang gadis (sender) yang diculik oleh jin. Pertemuan tersebut memicu munculnya keinginan subjek untuk meraih objek. Raja syahrayar dan Syahzaman (subjek) yaitu orang yang ingin menikahi wanita cantik (objek). Raja syahrayar dan Syahzaman (penerima) yang menerima objek dari subjek. Tidak terdapat penolong dalam skema ini karena tidak ada sesuatu atau seseorang yang membantu subjek dalam usahanya untuk mendapatkan objek. Sedangkan penentang dalam skema ini diperankan oleh jin.

<!--[if !supportLists]-->i.        <!--[endif]-->Skema Aktan 9

Karena takut pada jin, kedua raja itu bersembunyi diatas pohon. Namun sang gadis cantik mengetahui keberadaan mereka dan memberikan perintah kepada kedua raja. Perintah dari wanita cantik (sender)  yang ditujukan kepada Raja Syahrayar dan Syahzaman (subjek) untuk membunuh jin ifrit (objek). Penerima dalam skema ini yaitu kebebasan bagi sang wanita cantik dari cengkraman jin.  Penolong dalam skema ini yaitu jin yang sedang dalam keadaan tertidur yang memudahkan bagi kedua raja untuk membunuhnya. Sedangkan ketakutan kedua raja kepada jin berperan sebagai penentang yang membuat subjek ragu dalam melakukan tindakan.

<!--[if !supportLists]-->j.        <!--[endif]-->Skema Aktan 10

Perselingkuhan istri dan para jariyahnya (sender) yang memancing kemarahan Raja Syahrayar (subjek) sehingga menbuatnya ingin menjatuhkan hukuman pancung (objek) bagi istri, para jariyah dan budaknya (penerima). Tidak terdapat penolong maupun penentang dalam skema ini.

<!--[if !supportLists]-->k.      <!--[endif]-->Skema Aktan 11

Karena  penghianatan yang dilakukan oleh istrinya yang membuat raja menjadi marah sehingga memberikan hukuman pancung kepadanya. hukuman pancung menjadi )sender( yang menyebabkan subjek yakni Raja Syahrayar memiliki keinginan menikahi wanita-wanita dikerajaan (objek) sebagai pengganti istrinya. Penerima dalam skema ini adalah Raja Syahrayar sebagai orang yang akan menikahi para wanita dikerajaan. Wazir berperan sebagai penolong yakni yang membantu raja dalam mencari wanita yang akan dia nikahi. Karena trauma raja atas pekhianatan istrinya, membuat ia akan membunuh istri barunya dimalam pertama pernikahan mereka. Karena hal ini, menyebabkan para warga melarikan diri untuk melindungi putri-putri mereka. Sehingga menyebabkan tidak ada lagi wanita yang ingin dinikahkan dengan Raja Syahrayar (penentang).

<!--[if !supportLists]-->l.        <!--[endif]-->Skema Aktan 12

Setelah tak menemukan seorang gadispun untuk dijadikan sebagai pengantin raja, wazirpun kembali kerumahnya dengan perasaan kecewa, bingung dan takut akan hukuman raja.  Kebingungan wazir inipun tak luput dari perhatian putri sulungnya, Syahrazad. Kebingungan Wazir ini menjadi sender yang menggiring subjek yakni pengorbanan Syahrazad untuk menggantikan gadis lain sebagai pengantin Raja (objek). Penerima dalam skema ini adalah Raja Syahrayar sebagai seseorang yang akan menerima objek yaitu pengantin untuknya dari subjek. Penolong dalam skema ini adalah tekad dari Syahrazad yang kemudian bisa  meluluhkan hati sang Wazir. Sedangkan penentang dalam skema ini diperankan oleh kekhawatiran Wazir akan perlakuan Raja kelak kepada Syahrazad.

<!--[if !supportLists]-->m.    <!--[endif]-->Skema Aktan 13

Setelah melihat tekad Syahrazad untuk menikah dengan raja, Wazir lalu mempersiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan lalu membawanya kepada raja. Akhirnya pernikahan raja Syahrayar dan Syahrazad dilaksanakan. Pernikahan Raja dan Syahrazad menjadi sender yang memicu Syahrazad sebagai subjek untuk memikirkan cara menghindari hukuman dari raja (objek). Syahrazad kemudian menyusun sebuah strategi untuk mengelabui raja, dibantu oleh adiknya Dunyazad. Penerima dalam skema ini adalah Syahrazad. Sedangkan penolongnya adalah Dunyazad dan kisah seribu satu malam yang digunakn oleh Syahrazad untuk mengelabui raja. Sedangkan peran  penentang tidak ditemukan dalam skema ini.

<!--[if !supportLists]-->n.      <!--[endif]-->Skema Aktan 14

Seperti yang telah dipaparkan pada skema sebelumnya, bahwa kisah seribu satu malam merupakan sesuatu yang digunakan Syahrazad (subjek) untuk menghindari hukuman raja. Namun pada malam keseribu satu malam, kisah itu berakhir yang kemudian menjadi sender yang memicu Syahrazad (subjek) untuk meminta pengampunan dari Raja Syahrayar (objek) demi ketiga putra mereka. Penerima dalam skema ini adalah Syahrazad dan raja Syahrayar. Penolong dalam skema ini adalah luluhnya hati raja serta kehadiran ketiga putra mereka. Sedangkan untuk peran penentang, tidak ditemukan dalam  skema ini.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Struktur Fungsional Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman

<!--[if !supportLists]-->a.         <!--[endif]-->Keberangkatan Raja Syahzaman menuju kerajaan Raja Syahrayar

<!--[if !supportLists]-->1)      <!--[endif]-->Situasi awal

Di awal cerita dikisahkan tentang keadaan kerajaan yang dipimpin oleh Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman. Kedua kerajaan berjalan lancar dan harmonis. Sampai suatu ketika Raja Syahrayar merasa rindu untuk bertemu dengan adiknya, Raja Syahzaman.

Rasa rindu Raja Syahrayar kepada raja Syahzaman menjadi sender yang memicu pahlawan untuk memulai perjalanannya untuk mendapatkan objek. Pahlawan dalam skema ini adalah Raja Syahzaman yaitu seseorang yang melakukan perjalanan menuju kerajaan kakaknya, yaitu Raja Syahrayar untuk bertemu dengannya.

<!--[if !supportLists]-->2)      <!--[endif]-->Transformasi

<!--[if !supportLists]-->a)      <!--[endif]-->Tahap kecakapan

Setelah menerima informasi dari Wazir terkait keinginan kakaknya untuk bertemu, Raja Syahzaman mulai mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk melakukan kunjungan ke kerajaan kakaknya. Setelah semuanya siap rombongan rajapun berangkat menuju kerajaan Raja Syahrayar. Namun, dalam perjalanan raja teringat akan kharzah yang akan di berikannya kepada kakaknya. Hal ini kemudian menjadi penghambat keberangkatan Raja Syahzaman, karena itu Raja segera kembali ke istananya seorang diri untuk mengambil kharzah tersebut.

<!--[if !supportLists]-->b)      <!--[endif]-->Tahap utama

Setelah sampai di istananya, Raja Syahzaman kemudian pergi ke kamarnya untuk mengambil kharzah, namun saat memasuki kamar ia kemudian menyaksikan istrinya yang sedang tidur sambil berpelukan di atas ranjang sang Raja bersama seorang budak berkulit hitam.

Hal ini menjadikan subjek menghadapi tantangan lain dalam usahanya untuk mendapatkan objek yaitu berangkat ke kerajaan kakaknya.

<!--[if !supportLists]-->c)      <!--[endif]-->Tahap kegemilangan

Setelah melihat perselingkuhan istrinya, Raja segera mencabut pedang dari sarungnya dan menebas istri dan budaknya itu.

Hal ini menjadi penanda bagaimana subjek berhasil menghadapi tantangan kedua dan memberikan hukuman kepada pelaku perselingkuhan.

<!--[if !supportLists]-->3)      <!--[endif]-->Situasi akhir

Setelah menghukum istri dan budaknya, Raja Syahzaman kembali ke rombongan dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju kerajaan kakaknya. Akhirnya kedua raja tersebut dapat bertemu, objek akhirnya diperoleh.

<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Perubahan sikap Raja Syahzaman

<!--[if !supportLists]-->1)      <!--[endif]-->Situasi awal

Rombongan raja Syahzaman akhirnya sampai di kerajaan Raja Syahrayar. Kedatangannya disambut gembira oleh Raja Syahrayar dengan menghias kota dengan sangat indah. Namun karena teringat oleh peristiwa yang terjadi pada istrinya, membuat Raja Syahzaman menjadi sedih. Hal inipun tak luput dari perhatian Raja Syahrayar, sehingga muncul keinginan untuk menghibur adiknya.

<!--[if !supportLists]-->2)      <!--[endif]-->Transformasi

<!--[if !supportLists]-->a)      <!--[endif]-->Tahap kecakapan

Melihat kesedihan adiknya, raja Syahrayar mencoba untuk menghibur adiknya dengan cara mengajaknya untuk pergi berburu, namun ajakan itu ditolak oleh Raja Syahzaman. Akhirnya Raja Syahrayar pergi berburu sendirian.

Ditahap ini muncul penolong dan penentang. dimana berburu adalah penolong bagi pahlawan untuk mendapatkan objek sedangkan penolakan dari Raja Syahzaman adalah penentangnya.

<!--[if !supportLists]-->b)      <!--[endif]-->Tahap utama

Pada tahap ini muncul masalah baru, yang membuat  pahlawan  harus berjuang kembali.

Sekembalinya Raja Syahrayar dari berburu, ia melihat perilaku raja Syahzaman yang berbeda dari sebelumnya. Ia kini tampak ceria dengan wajah yang berseri-seri serta nafsu makannya kembali. Hal inipun mengundang rasa penasaran Raja Syahrayar akan penyebab perubahannya. Kemudian Raja Syahzaman menceritakan kepada Raja Syahrayar tentang perselingkuhan istri dan para jariyah dari raja Syahrayar yang menjadi penyebab perubahannya, yang kemudian mereka berdua membuat sebuah siasat agar Raja Syahrayar bisa melihat perselingkuhan permaisurinya secara langsung.

<!--[if !supportLists]-->c)      <!--[endif]-->Tahap kegemilangan

Setelah melihat secara langsung perselingkuhan permaisuri dan para jariyahnya, Raja Syahzaman akhirnya mengajak kakaknya pergi meninggalkan kerajaan mereka. Di perjalanan mereka bertemu dengan jin ifrit dan wanita cantik, yang kemudian merubah pemikiran mereka.

<!--[if !supportLists]-->3)      <!--[endif]-->Situasi akhir

Setelah pertemuan dengan jin ifrit dan wanita, raja syahrayar dan shahzaman memutuskan untuk kembali ke kerajaan. Raja syahrayar memberikan hukuman pancung pada istrinya, para jariyah dan budak yang berbuat mesum, sementara raja shahzaman kembali ke kerajaannya.

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Pertemuan dengan jin ifrit dan wanita cantik

<!--[if !supportLists]-->1)      <!--[endif]-->Situasi awal

Setelah melihat perselingkuhan permaisurinya, Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman kemudian pergi meniggalkan kerajaan. Diperjalanan, mereka bertemu dengan jin ifrit dan seorang wanita cantik. Kedua raja kemudian bersembunyi diatas pohon untuk menghindari jin ifrit dan wanita cantik.  Kedua raja tertarik pada kecantikan wanita itu dan berniat untuk menikahinya.

<!--[if !supportLists]-->2)      <!--[endif]-->Transformasi

<!--[if !supportLists]-->a)      <!--[endif]-->Tahap uji kecakapan

Kehadiran kedua raja disadari oleh wanita cantik, yang kemudian memerintahkan mereka untuk membunuh jin ifrit yang sedang tertidur. Namun kedua raja merasa gentar untuk membunuh jin ifrit karena merasa takut padanya.

Jin ifrit menempati peran sebagai penentang yang menghalangi pahlawan untuk mendapatkan objek. Sedangkan penolongnya adalah jin yang sedang tertidur pulas.

<!--[if !supportLists]-->b)      <!--[endif]-->Tahap utama

Namun karena desakan dari wanita cantik, sehingga menyebabkan kedua raja akhirnya memberanikan diri untuk mendekati jin ifrit dan kemudian menikamnya dengan senjata mereka.

Setelah berhasil membunuh jin ifrit, kedua raja melihat wanita cantik itu mengeluarkan sebuah bungkusan yang berisi permata, dan meminta permata dari kedua raja sebagai syarat untuk bisa menikahinya.

<!--[if !supportLists]-->c)      <!--[endif]-->Tahap kegemilangan

Setelah menerima permata dari kedua raja, wanita cantikpun menceritakan kronologi tentang penculikan yang dilakukan jin ifrit kepadanya serta penyebab yang mendasari terjadinya penculikan tersebut.

Setelah mendengar kisah dari wanita cantik, kedua raja merasa kasihan pada jin ifrit dan mengurungkan niat mereka untuk memperistri wanita cantik.

<!--[if !supportLists]-->3)      <!--[endif]-->Situasi akhir

Akhirnya kedua raja tidak jadi memperistri wanita cantik, dan meninggalkannya bersama dengan jin ifrit.

<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]-->Memperistri wanita-wanita di Kerajaan

<!--[if !supportLists]-->1)      <!--[endif]-->Situasi awal

Setelah memberikan hukuman kepada istrinya, Raja Syahrayar mulai memperistri wanita-wanita di Kerajaan.  Namun tidak ada wanita yang bertahan lama menjadi istrinya, karena raja akan membunuh mereka tepat setelah malam pertama. Hal ini menyebabkan warga kerajaan melarikan diri untuk melindungi putri-putri mereka. Pada suatu hari, seperti biasa Raja Syahrayar memerintahkan wazirnya untuk mencari seorang wanita untuk dijadikan istri.

<!--[if !supportLists]-->2)      <!--[endif]--> Transformasi

<!--[if !supportLists]-->a)      <!--[endif]-->Tahap kecakapan

Namun setelah lama mencari, Wazir tak menemukan seorangpun wanita yang ingin menjadi istri raja (penentang). Hal ini membuat wazir kebingungan sehingga ia kembali ke rumahnya. Wazirpun menceritakan perihal masalahnya kepada putri sulungnya Syahrazad. Syahrazad kemudian mengajukan diri untuk menjadi pengantin raja (penolong).

<!--[if !supportLists]-->b)      <!--[endif]-->Tahap utama

Keinginan Syahrazad tentu saja ditolah oleh Wazir. Ia tidak ingin putrinya mengalami hal sama dengan para permaisuri sebelumnya. Hal ini menimbulkan konflik batin bagi sang Wazir. Namun karena keteguhan dan niat baik Syahrazad, akhirnya ia merestui keinginan putrinya.

<!--[if !supportLists]-->c)      <!--[endif]-->Tahap kegemilangan

Setelah Wazir menyetujui keinginan putrinya, Wazirpun segera mempersiapkan segala kebutuhan dan membawanya kepada raja Syahrayar.

<!--[if !supportLists]-->3)      <!--[endif]-->Situasi akhir

Pernikahan antara Raja Syahrayar dan Syahrazad dilangsungkan. Akhirnya Wazir berhasil mencarikan istri untuk sang raja. Objekpun berhasil di dapatkan.

<!--[if !supportLists]-->e.       <!--[endif]-->Menghindari hukuman Raja

<!--[if !supportLists]-->1)      <!--[endif]-->Situasi awal

Setelah pernikahannya dengan Raja Syahrayar, Syahrazad kemudian membuat sebuah strategi bersama adiknya, Dunyazad, untuk mengelabui dan menghindari hukuman sang Raja.

<!--[if !supportLists]-->2)      <!--[endif]-->Transformasi

<!--[if !supportLists]-->a)      <!--[endif]-->Tahap kecakapan

Sesuai dengan rencana yang telah mereka susun, Dunyazad kemudian meminta Syahrazad untuk menceritakan sebuah kisah kepada mereka bertiga.

Sebelum bercerita, Syahrazad terlebih dahulu meminta izin kepada Raja Syahrayar. Raja Syahrayar yang sedang bingung memikirkan bagaimana cara untuk membunuh istri barunya, memberikan izinnya kepada Syahrazad dan ikut senang mendengarkan cerita itu.

<!--[if !supportLists]-->b)      <!--[endif]-->Tahap utama

Syahrazad menceritakan kisah-kisah menarik yang sengaja tidak ditamatkan disetiap penghujung malam, agar ia terhindar dari ancaman pembunuhan. Syahrazad menceritakan kisah-kisah tersebut selama seribu satu malam dan telah melahirkan tiga orang putra.

<!--[if !supportLists]-->c)      <!--[endif]-->Tahap kegemilangan

Cerita berakhir pada malam keseribu satu, yang artinya sudah tidak ada lagi sesuatu hal yang bisa Syahrazad gunakan untuk menghindari hukuman sang Raja. Syahrazad meminta kepada Raja untuk memberikan ampunan kepadanya demi ketiga anaknya.

Permintaan Syahrazad kemudian dikabulkan oleh Raja Syahrayar yang sebenarnya sudah tidak lagi berniat untuk menghukum permaisurinya.

<!--[if !supportLists]-->3)      <!--[endif]-->Situasi akhir

Ratu Syahrazad bisa terbebas dari hukuman Raja Syahrayar, dan akhirnya Raja Syahrayar dan Ratu Syahrazad hidup bahagia. Hal inipun membuat seluruh warga bersuka cita karena mengetahui bahwa Raja mereka telah berhenti dari kebiasaanya membunuh permaisurinya. Negeri yang dipimpin oleh Raja Syahrayar menjelma menjadi kerajaan paling makmur yang pernah ada di muka bumi.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Hubungan antara Skema Aktan dan Struktur Fungsional dalam membentuk Struktur Utama dalam cerita

Struktur utama cerita yang dihasilkan dari hubungan antar skema aktan dan struktur fungsional jika di deskripsikan sebagai berikut:

Perselingkuhan dan hukuman pancung bagi permaisuri menjadi sender yang menyebabkan Raja Syahrayar (subjek) memiliki keinginan untuk menikahi wanita-wanita di kerajaan (objek) sebagai pengganti permaisuri. Yang berperan sebagai penerima adalah Raja Syahrayar yaitu seseorang yang melakukan pernikahan dengan wanita-wanita dikerajaan.

Wazir )penolong( yaitu seseorang yang membantu raja syahrayar mencari wanita-wanita untuk dinikahinya, namun karena tidak ada lagi wanita yang tersisa untuk dinikahkan dengan raja (penentang) membuat Syahrazad dengan berani mengorbankan diri (penolong ) untuk menjadi pengantin Raja menggantikan wanita lain. Pengorbanannya tersebut awalnya ditentang oleh Wazir karena khawatir (penentang) akan perlakuan buruk Raja terhadap Syahrazad nantinya, namun karena tekad Syahrazad yang kemudian meluluhkan dan meredakan kekhawatiran ayahnya.