Anak saya, Alena, baru-baru ini bertanya: 'Bapak, kita tidak membeli baju lebaran nanti?' Saya menjawab: 'Tidak nak, kita akan membeli baju rumahan.' Jawaban saya terdengar lucu dan sedih secara bersamaan. Tapi bagi saya, spontanitas pada anak saya berdasar dari aktifitas yang sudah sekian lama tertumpu di dalam rumah.
Kita membutuhkan baju lebih banyak di rumah. Pakaian khusus keluar kita jadikan pakaian dalam rumah. Kemewahan yang sering dipertontonkan di luar rumah, sekarang saatnya kita pertontonkan untuk kepuasan diri kita dan keluarga kita. Terdengar utopis? Saya menjawab, tidak. Cobalah keluar saat ini, masih lumayan kalau bisa keluar dan siapa pula yang akan menyaksikan gaya berbusana kita.
Jadi saatnya eksklusivitas diri diwujudkan dalam bentuk yang sesungguhnya, gaya hidup kita maksimalkan untuk konsumsi diri kita dan kita nikmati di depan cermin rumah kita. Saatnya mengagumi keindahan diri sebagai ciptaan yang bisa membangkitkan rasa syukur. Saatnya menjadi orang rumahan dengan pakaian rumahan tapi tidak menjadi murahan. Hidup lebih bijak dan pasti membahagiakan.