Hakekat Puasa
Bulan Puasa dikenal dengan nama bulan Ramad}a>n. Istilah ramad}a>n terambil dari akar kata
"ramd}au" berarti panas membakar. Ini dimaksudkan karena puasa memang membuat kerongkongan terasa kering terbakar. Pandangan
lain, bahwa kata ramad}a>n berasal dari akar kata ramad}a yang berarti "mengasah". Menurut tradisi Arab Jahiliyah, pada bulan ramad}a>n, mereka mengasah pedang dan tombak sebagai
persiapan melakukan peperangan pada bulan Syawwal, sebelum memasuki tiga
bulan suci sesudah Syawal, yakni Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram, yang
menurut adat mereka, dan kemudian dibenarkan oleh agama, diharamkan melakukan
peperangan (pertumpahan darah), sebagaimana firman Allah dalam QS al-Baqarah,2:194, yang terjemahnya “bulan haram dengan bulan
haram, sesuatu yang patut dihormati, dan berlaku hukum kishash”.
Makna-makna di atas, pada hakekatnya, mengarah pada makna material-bendawi. Kewajiban berpuasa di bulan
Ramad}a>n mengantar para agamawan memberi makna moral-spiritual. Pertama, arti panas membakar dalam arti bahwa dosa-dosa orang yang berpuasa
pada bulan Ramad}a>n dengan ikhlas disertai dengan keimanan dan penuh
ketelitian, pasti akan pupus habis terbakar, akibat kesadaran dan amal-amal
salehnya, perhatikan QS Hûd,11:114, yang terjemahnya “sesungguhnya
perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan dosa-dosa”. Kedua, arti mengasah, karena kenyataan
menunjukkan bahwa pada bulan tersebut, orang-orang beriman mendijadikannya
sebagai bulan untuk mengasah kalbu (hati) mereka, yang tadinya tumpul dan gelap
akibat dosa-dosa mereka, menjadi tajam dan bercahaya menyinari hidup mereka karena
kebajikan-kebajikan yang dilakukan selama sebulan di bulan Ramad}a>n,
dalam wujud baik ibadah mahdah langsung kepada Allah swt. maupun ibadah sosial terhadap sesama
dan lingkungan mereka.
Bulan Ramad}a>n
juga disebut syahr al-s}iya>m yang berarti "imsak"
(menahan), karena memang orang berpuasa harus mampu menahan dan mengendalikan ego
dan hawa nafsunya serta menahan diri dari segala yang dapat membatalkan puasa
sepanjang hari.
Dari makna-makna tersebut
dapat diketahui bahwa hakekat puasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum,
dan melakukan hubungan suami-isteri di
siang hari puasa, tetapi juga menahan diri dari: kata-kata kotor dan tidak
berguna; kata-kata bohong dan tidak jujur; perbuatan sia-sia dan dosa; serta
harus mempuasakan seluruh anggota badannya; bila tidak, mereka terkena dengan
sabda Nabi saw. HR. Bukhari-Muslim, yang
terjemahnya “betapa banyak orang berpuasa, akan tetapi tiada yang diperoleh
dari puasanya kecuali hanya haus dan
lapar). Bahkan diharapkan, di samping berpuasa pada siang harinya dan
menegakkan malam-malan Ramadhân dengan berbagai ibadah sunnah, juga diharapkan
banyak berzakat, bersedekah, berimfak, serta melakukan i'tiqâf di sepuluh
terakhir dari bulan Ramad}a>n di dalam masjid.
Puasa untuk sehat.
Al-Qur’an mengakui bahwa sikap dan
perilaku manusia berpusat pada hati. Jika hatinya bersih, maka keseluruhan perilakunya
bersihdan suci, demikian sebaliknya. Melalui hati yang bersih inilah hidayah Tuhan turun ke bumi. Sementara hati mempunyai
dua daya, yakni daya merasa disebut kalbu, dan daya berpikir disebut akal. Hati
yang mendapat cahaya akan memantulkan cahayanya kepada akal. Bila setiap muslim
mendayagunakan kalbu dan akalnya secara efektif, akan diraih kemajuan luar
biasa dunia dan akhirat (QS Âli Imrân,3:190-191). Bukankah ilmuan
Muslim, seperti al-Khawarizmi (ahli astronomi), al-Khaitami (ahli kimia), dan
Ibnu Sinâ (ahli kedokteran), yang kesemua itu mampu menyatukan keduanya. Yang
menarik, bahwa sebelum belajar sains, kalbunya lebih dulu diisi al-Qur’an. Rata-rata, pada umur belia, mereka sudah
khatam dan hafal al-Qur’an.
Jika kalbu gelap, akal kehilangan
control terhadap perilaku, sehingga pemegang remote control-nya bukan
lagi hati-nurani, akan tetapi setan yang bersemayam dalam gejolak
nafsunya. Salah satu media pembersih
kalbu adalah puasa. Keuntungan orang berpuasa adalah sehat jasmani dan rohani. Virus Corona pasti jauh dari orang-orang yang berpuasa Ramad}a>n
secara baik dan benar, dan inilah salah satu hikmah kehadiran bulan Ramad}a>n
di tengah-tengah Pandemi Covid-19. Perhatikan HR. Muslim dari Ibnu Mas'ûd, Nabi saw. bersabda, yang
terjemahnya”berpuasalah
agar kamu sekalian sehat”. Menurut
Prof. Dr. Abd al-Fatta>h al-Kha>lidi, M.A., pakar kedokteran dari
Universitas Cairo , menyimpulkan dari hasil penelitiannya tentang pesan dari
hadis Nabi saw. di atas, bahwa orang yang berpuasa selama sebulan penuh di
bulan Ramad}a>n karena iman dan penuh kecermatan, pasti mampu
mencetak manusia-manusia yang sehat paripurna, karena: (1) darahnya bersih dan alirannya sangat lancar disebabkan tidak banyak disusupi
makanan; (2) lambungnya sehat dan kuat disebabkan diistirahatkan selama satu bulan penuh secara berturut-turut; (3) pikirannya
dijernihkan; (4) emosinya distabilkan; dan (5) ketajaman ruhani semakin kuat. Sebaliknya, bila orang berpuasa, menggerutu,
merasa tersiksa, dan selalu mencari-cari alasan untuk berbuka. Orang yang puasa seperti ini, tidak akan
mendapatkan sesuatu manfaat apa pun selain haus dan lapar.
Akhirnya, dengan kehadiran Ramad}an ini, mari
kita jadikan
stimulan mengikat energi spiritual sekuat dan semaju mungkin sebagai persiapan ruhani sebelas
bulan kemudian, sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Karena itu
maksimalkan pendayagunaan Ramad}an sekarang juga untuk taqarrub kepada Allah swt., tentu sesuai kemampuan kita
masing-masing, semoga kita keluar nantinya sebagai
hamba-hamba-Nya yang telah menyandang predikat muttaqîn. Semoga!