Belajar Bijak (9)

  • 09:07 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Pernah ke Permandian Bantimurung, Kab. Maros Sulsel? Selain pemandangan air terjun dan sungai aliran airnya, tempat ini dihiasi oleh banyaknya kupu-kupu yang beterbangan dengan keayuannnya. Yah, di tempat seperti Bantimurung-lah kita bisa rehat sejenak dan mengikuti alur terbang kupu-kupu, menikmati warna warni sayapnya yang simetris, sambil merenung tentang proses terciptanya makhluk kecil yang cantik ini, metamorfosis kupu-kupu.

Tidak ada pelajaran baru tentang metamorfosis kupu-kupu. Semua yang pernah sekolah dari tingkat rendah, pasti sudah disuguhkan oleh guru tentang bagaimana kupu-kupu itu terbentuk dari proses panjang dengan segala dinamikanya: telur, ulat, kepompong, sampai kupu-kupu. Saya menyebutnya dinamika karena tidak mudah sebuah telur kecil bertahan di daunan tanpa terjatuh, tidak mudah ulat merayap pelan di antara dahan tanpa disergap oleh predator pemangsa serangga, dan tidak mudah menggelantung menjadi kepompong, berdiam tanpa mengalami kerusakan. Proses menjadi kupu-kupu indah ditopang oleh prinsip bertahan hidup; membuat berbagai kreatifitas kamuflase supaya proses metamorfosis berlangsung dengan sempurna.

Tidak semua ciptaan makhluk mengalami metamorfosis tubuh, termasuk kita, manusia, sejak dari bayi tetap berwujud sama sampai dewasa. Tapi ada metamorfosis yang paling mendasar dalam diri manusia, metamorfosis jiwa, atau kesadaran diri. Ciri metamorfosis jiwa berlangsung setiap saat, bisa karena pertambahan umur atau bisa juga karena momentum. Namun, sama dengan metamorfosis raga kupu-kupu, metamorphosis jiwa manusia membutuhkan proses, latihan, pembiasaan, keinginan kuat, dan tidak mudah menyerah. Pernahkah anda bertemu seseorang dan setelah berpisah, anda terpanah sejenak sambil bergumam: kok, orang itu sangat low profile yah, berbeda dengan saat dulu saya kenal, suka naris. Bisa saja karena perubahan bentuk menuju keindahan jiwa karena faktor waktu.

Perilaku kita sekarang menjadi orang rumahan, menjadi pribadi yang 'feel homy' mungkin karena asahan wabah covid 19, metamorfosis karena momentum. Apakah analogi saya tepat, tapi kita memang perlu selalu mengakrabkan diri pada kehidupan semua makhluk, karena di sana tersaji secara apik perenungan terbaik tentang hikmah 'ukhwah makhlukiyah', mengikuti terma gurunda Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA.