Siapa orang pertama yang anda mau temui setelah Pandemi berakhir? Atau aktifitas apa yang pertama anda mau lakukan setelah wabah ini pergi? Pertanyaan ini mungkin membuat kita termenung, bukan semata karena kita susah menentukan jawabannya, tapi pandemi ini merubah banyak hal dalam hidup kita.
Pandemi membuat ritual mudik lebaran berhenti. Mudik itu 'wajib' dalam tradisi lebaran pada masyarakat rural. Tapi pandemi merubah hukum itu. Pandemi merubah cara kita menemui orang tercinta dalam hidup ini. Pandemi akan mengisahkan cerita buat generasi berikutnya bahwa ada masa lebaran suasananya lain daripada yang lain. Bukan hanya tidak mudik, orang tidak keluar merayakannya. Seorang ibu kehilangan asa menunggu kepulangan puteranya karena aturan masa pandemi. Itu pasti menjadi cerita karena uniknya, belum pernah terjadi sebelumnya.
Seorang anak kecil yang sudah mulai menyimpan ingatan suatu waktu akan berbicara, ada masa panjang dalam hidupnya tidak bisa pergi di wahana permainan untuk mandi bola. Dia pasti akan menceritakannya karena mandi bola adalah rutinitas terpentingnya pada setiap weekend. Seorang Anak Baru Gede gaul pasti akan bercerita suatu waktu pada generasi belakangan bahwa ada masa dia tidak pergi ke Mal selama berbulan. Dia pasti akan bercerita karena mal adalah tempat paling sering dituju dalam meramaikan kehidupan mereka.
Seorang Mubaligh populer akan berbicara pada generasi berikutnya yang ditemuinya bahwa ada masa selama berbulan, tidak pernah keluar untuk ceramah, khutbah, taushiah, ta'ziyah, kultum, atau semacamnya. Pasti akan menjadi ceritanya, karena nafas masyarakat agama ada pada pencerahan spiritual. Seorang penggali kubur akan bercerita bahwa ada masa, penguburan orang mati dilakukan dengan keheningan tanpa orang banyak. Dia pasti akan bercerita karena penguburan adalah ritual hiruk pikuk kesedihan untuk penghormatan terakhir kepada yang meninggal.
Jadi kembali ke pertanyaan semula, siapa orang pertama yang akan saya temui setelah pandemi ini? Tetap keluarga kecil saya di rumah sekarang, sambil mengajak mereka berdiri di pintu rumah, sama-sama menghirup udara segar sebagai perayaan kemerdekaan bernafas. Pandemi mengungkung secara fisik, tapi membebaskan secara psikis untuk mengenang begitu banyak hal. Kitapun akan menjadi generasi yang mengalami hidup biasa dalam ketidakbiasaan.