Kali ini tentang bapak-bapak yang ada di rumah selama masa pandemi. Apa saja yang anda lakukan selama stay at home?
Menjadi bapak yang hari-harinya banyak di rumah tentu memberi pengalaman baru, merasakan langsung denyut nadi proses penyediaan logistik kehidupan yang bisa saja selama ini terabaikan. Termasuk pengalaman mendidik anak-anak yang sering juga secara sepihak diserahkan pada ibunya. Itu bukan pekerjaan mudah khususnya dalam mengurus tugas-tugas anak, yang membutuhkan keterampilan khusus berupa kesabaran. Dua hal di atas sudah sering diperbincangkan dalam seminar parenting, istilahnya masalah klasik bagi bapak-bapak.
Namun dalam masa pandemi ini, ada beban baru seorang Bapak sebagai kepala rumah tangga. Saya teringat keluhan teman lama melalui japri WAnya yaitu dampak Pertemuan pandemi dan Ramadan dengan himbauan untuk beribadah di rumah saja. Keluhannya adalah beratnya menjalankan tugas sebagai imam shalat jamaah. Sekiraanya shalat jamaah duhur dan ashar tidak masalah karena bacaan tidak dikeraskan (sirr). Tapi masalahnya adalah tuntutan shalat jamaah di rumahnya pada waktu magrib, isya, dan shalat tarawih, suara imam dikeraskan (jahr).
Keluhan terjadi karena selama ini peran imam shalat bagi para bapak tidak pernah terlaksana. Shalat jamaah bisa saja jarang dilakukan di rumah, dan tradisi kesadaran berjamaah biasanya lahir pada bulan ramadan dan keluarga ramai-ramai pergi ke masjid. Sekarang semua harus di rumah.
Perjumpaan pandemi dan Ramadan sejatinya melahirkan kesadaran baru bagi para kepala rumah tangga untuk melakukan pembenahan diri, bahwa ada fungsi paling mendasar yang tercecer. Inilah salah satu hikmah terpenting pandemi di bulan Ramadan: revitalisasi peran diri, sebagai kepala rumah tangga. Wahai para Bapak, segeralah berbenah sebelum terlambat! Jika muncul tuntutan dari para ma'mum untuk mengganti imam shalat di rumah tangga anda, jangan salahkan saya.