<!--[if !supportLists]-->A.
<!--[endif]-->Latar Belakang
Analisis
strukturalisme merupakan suatu cara untuk menemukan makna keseluruhan dari
suatu karya sastra yang menjadi bahan kajiannya, yaitu melalui pengupasan dan
pemaparan unsur-unsur karya sastra yang membentuk keterkaitan dan keutuhan
karya sastra. Pendekatan Strukturalisme dipelopori oleh kaum formalis Rusia dan
strukturalisme praha yang mendapatkan pengaruh langsung dari teori saussure. Karya sastra dalam sudut
pandang strukturalisme adalah sesuatu yang bersifat objektif, dimana karya
sastra itu otonom, mandiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembacanya.
Ada banyak jenis
pendekatan strukturalisme salah satunya adalah strukturalisme naratologi. Pendekatan
struktural naratologi merupakan kajian semiotik yang di terapkan dalam cerita.
Menurut Susanto (Negoro, 2020:22), naratologi pada hakikatnya merupakan
semiotik yang diterapkan dalam bidang analisis cerita atau wacana. Pada suatu
cerita terdapat bagian-bagian terkecil, bagian-bagian tersebut kemudian di
gabungkan lagi dengan satu tata bahasa yang menekankan pada persoalan alur atau
jalannya satu cerita. Karena dalam karya sastra, unsur penceritaanlah yang
paling utama.
Adapun salah satu
model dari strukturalisme naratologi yaitu struktur aktan dan fungsional oleh
Greimas. Dalam pengkajiannya, pendekatan ini lebih memperhatikan aksi
dibandingkan pelaku. Subjek yang terdapat dalam wacana merupakan manusia semu
yang dibentuk oleh tindakan yang disebut actans dan acteurs.
Menurut Rimon-Kenan (Rokhmansyah, 2014: 88), baik actans maupun acteurs dapat
berupa suatu tindakan, tetapi tidak selalu harus merupakan manusia melainkan
juga nonmanusia.
Aktan dalam teori
Greimas, ditinjau dari segi tata cerita menunjukkan hubungan yang berbeda-beda.
Maksudnya dalam suatu skema aktan suatu fungsi dapat menduduki beberapa peran
dan dari karakter peran kriteria tokoh dapat diamati. Seorang tokoh dapat
menduduki beberapa fungsi dan peran didalam suatu skema aktan. Dalam
strukturalisme naratologi yang dikembangkan oleh A.J. Greimas, aksi lebih
diperhatikan dibandingkan dengan pelaku. Yang menjadi inti dari teori Greimas
adalah adanya kekuatan uktuk melakukan tindakan (aktan). Aktan dalam teori
greimas menempati enam fungsi yaitu subjek,objek,pengirim atau sender, penerima
atau receiver, penolong atau helper, dan penentang atau opposant.
Adapun struktur
fungsional adalah model cerita yang tetap sebagai alur dan model itu terbangun
oleh berbagai tindakan yang disebut fungsi. Model fungsional mempunyai tugas
menguraikan peran subyek dalam rangka melaksanakan tugas dari sender “pengirim”
yang terdapat dalam struktur cerita. Model fungsional terdiri situasi awal,
tahap transformasi (terdiri dari tahap kecakapan, tahap utama, tahap
kegemilangan), dan situasi akhir.
Kisah Raja Syahrayar
dan Raja Syahzaman merupakan salah satu cerita yang terdapat dalam Kisah
Seribu Satu Malam karya Abu Abdullah Muhammad al-Jihsiyari. Kisah seribu satu
malam atau lebih populer dengan judul arabian nights merupakan kumpulan
cerita rakyat timur tengah dan asia selatan yang dirangkai dalam bahasa arab
pada masa keemasan islam. Salah satu keistimewaan dari kisah seribu satu malam
adalah teknik penceritaanya yang unik yakni teknik cerita berbingkai dimana satu
tokoh dalam cerita menceritakan cerita lain yang didalamnya terdapat cerita
lagi.
Selain karena
keistimewaan yang telah dipaparkan diatas, alasan peneliti melakukan penelitian
ini karena belum banyak penelitian terdahulu yang mengangkat kisah raja
syahrayar dan raja shahzaman sebagai objek penelitiannya, khususnya dalam
menganalisis struktur naratifnya.
<!--[if !supportLists]-->B.
<!--[endif]-->Rumusan
Masalah
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Bagaimana Skema
Aktan dalam Kisah Raja Syahrayar dan
Raja Syahzaman berdasarkan Teori Strukturalisme Naratologi oleh A.J. Greimas?
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Bagaimana Struktur
Fungsional Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berdasarkan Teori
Strukturalisme Naratologi oleh A.J. Greimas?
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Bagaimana Hubungan
antar Skema Aktan dan Struktur Fungsional dalam membentuk Struktur Utama dalam
cerita?
<!--[if !supportLists]-->C.
<!--[endif]-->Metodologi
Penelitian
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Jenis
penelitian: Jenis Penelitian yang
digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian Deskriptif Kualitatif yang berfokus pada pengumpulan data
melalui buku, artikel, majalah maupun tulisan yang berhubungan dengan
penelitian ini, baik cetak maupun eletronik.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Sumber data: Terdapat
dua jenis sumber data, pertama sumber data primer yakni Kisah Raja Syahrayar
dan Raja Syahzaman dalam Kisah Seribu Satu Malam karya Abu Abdullah Muhmmad al-Jihsiyari.
kedua sumber data sekunder yakni berbagai rujukan dari buku, jurnal maupun
artikel lain yang berhubungan dengan subjek penelitian ini.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Metode
pengumpulan data: Pengumpulan data adalah metode untuk memperoleh data dalam
sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi
kepustakaan dengan mengumpulkan data dari buku,jurnal, artikel dan literatur lainnya
untuk dijadikan sebagai sumber rujukan dari penelitian ini. Tahapan pengumpulan
data yang dilakukan peneliti adalah pertama, membaca buku “Kisah Raja Syahrayar
dan Raja Syahzaman”. Kedua, mencari data dari berbagai sumber pustaka yang
berhubungan dengan “Kisah Raja Syahrayar dan Syahzaman” dan analisis
Strukturalisme Naratologi oleh Greimas. Ketiga, menghubungkan poin pertama dan
kedua untuk mencapai tahap kesimpulan.
<!--[if !supportLists]-->4.
<!--[endif]-->Metode
analisis data: Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Strukturalisme Naratologi A.J. Greimas dalam Kisah Raja Syahrayar dan Raja
Syahzaman dalam Kisah Seribu Satu Malam karya Abu Abdullah Muhmmad al-Jihsiyari.
Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah:
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Peneliti menentukan
pokok masalah dalam setiap alur cerita.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Peneliti
menentukan fungsi setiap unsur dalam satu pokok masalah yang terdapat dalam
alur cerita.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Peneliti mencatat
dan menyederhanakan data yang telah didapatkan.
<!--[if !supportLists]-->d.
<!--[endif]-->Peneliti
mengambarkan dan mendeskripsikan pengaruh setiap fungsi dalam satu alur cerita.
<!--[if !supportLists]-->D.
<!--[endif]-->Hasil
Penelitian
<!--[if !supportLists]-->1.
<!--[endif]-->Skema
Aktan dalam Kisah Raja Syahrayar dan
Raja Syahzaman
Jumlah Skema Aktan yang terdapat dalam Kisah Raja
Syahrayar dan Raja Shahzaman dalam kisah Seribu Satu Malam sebanyak 14 Skema
Aktan. Dari keempat belas Skema Aktan tersebut terdapat lima aktan yang
mempunyai fungsi aktan yang utuh yaitu aktan 2, 4, 9,11 dan 12, serta terdapat
tujuh aktan yang mengalami zeroisasi atau tidak terdapat fungsi aktan penolong
maupun penentang yang terdapat dalam skema aktan 1, 3, 5, 6, 7,8, 10,12,13 dan
14. Jika dipaparkan sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Skema Aktan 1
Selama 20 tahun, Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman
berpisah karena memimpin kerajaan masing-masing. Hingga suatu ketika raja
Syahrayar merasa rindu untuk bertemu dengan adiknya, Raja Syahzaman. Kerinduan
Raja Syahrayar ini berperan sebagai sender yang menjadi penggerak cerita
dari skema aktan ini. Tujuan dari sender ini adalah untuk melepas rindu dengan
Raja Syahzaman, oleh sebab itu Raja Syahrayar memerintahkan wazirnya untuk
mendatangi kerajaan adiknya dan menyampaikan keinginannya, yaitu undangan agar
Raja Syahzaman datang mengunjunginya (objek) di kerajaannya. Subjek dalam skema
ini adalah Wazir dari Raja Syahrayar yang mendapatkan perintah dari Raja
Syahrayar untuk mendapatkan objek. Penerima dalam skema ini di perankan oleh Raja
Syahzaman yaitu orang yang mendapatkan undangan untuk berkunjung dari raja
syahrayar. Tidak terdapat peran penolong maupun penentang dalam skema ini.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Skema Aktan 2
Setelah menerima undangan (sender) dari Raja
Syahrayar yang disampaikan lewat wazirnya, Raja Syahzaman mulai mempersiapkan
segala kebutuhan untuk melakukan perjalanan menuju kerajaan kakaknya.Peran
subjek dalam skema ini adalah raja Syah zaman yaitu seseorang yang melakukan
perjalanan demi mewujudkan keinginan sender yaitu pertemuan antara kedua raja
(objek). Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman berperan sebagai receiver karena
mereka berdua yang mendapatkan objek dari usaha subjek. Penolong dalam skema
ini adalah Wazir yang memiliki peran menyampaikan keinginan sender kepada
subjek sekaligus mengawal subjek dalam perjalanannya, sedangkan opposant
diperankan oleh tertinggalnya kharzah yang akan diberikan kepada raja syahrayar
yang kemudian menjadi penghambat perjalanan mereka.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Skema Aktan 3
Pada saat Raja Syahzaman kembali keistana untuk
mengambil kharzah yang tertinggal, ia melihat perselingkuhan yang dilakukan
istrinya dengan seorang budak berkulit hitam. Perselingkuhan istrinya ini yang
kemudian menjadi sender yang menjadi penyebab kemarahan Raja Syahzaman
(subjek). Karena kemarahnya itu, sehingga menyebabkan timbulnya keinginan untuk
membunuh istri dan budak (objek) pelaku zina tersebut. Istri Raja Syahzaman dan
budak berkulit hitam menjadi penerima dalam skema ini. Penolong dalam skema aktan
ini yaitu pedang yang digunakan Raja Syahzaman untuk menebas istri dan
budaknya. Sedangkan tidak terdapat penentang yang menghalangi subjek untuk
mendapatkan objek dalam skema ini.
<!--[if !supportLists]-->d.
<!--[endif]-->Skema Aktan 4
Setelah rombongan Raja Syahzaman sampai di kerajaan
Raja Syahrayar, Raja Syahzaman kemudian teringat akan peristiwa yang dialaminya
terkait dengan perselingkuhan istrinya, yang menyebabkan kesedihannya.
Kesedihan Raja Syahzaman ini berperan sebagai sender yang kemudian menjadi
pemicu bagi subjek yaitu Raja Syahrayar untuk melakusan usaha untuk mendapatkan
objek. Adapun objek dalam skema ini yaitu keinginan Raja Syahrayar untuk
menghibur adiknya, raja Syahzaman. Penerima di perankan oleh Raja Syahzaman
yang kemudian akan menerima objek berupa penghiburan dari Raja Syahrayar
sebagai subjek. Untuk menghibur Raja Syahzaman, Raja Syahrayar kemudian
mengajaknya untuk memancing dan berburu (penolong) namun ajakan tersebut
ditolak oleh Raja Syahzaman (penentang). Karena penolakang tersebut, objek yang
dicari oleh subjek tidak dapat tercapai. Ssehingga raja syahrayar pergi berburu
sendirian.
<!--[if !supportLists]-->e.
<!--[endif]-->Skema Aktan 5
Setelah menolak ajakan
kakaknya, Raja Syahzaman pergi ke sebuah ruangan. Dia membuka jendela yang
terdapat di sana. Jendela itu menghadap langsung ke taman kerajaan. Disana Raja
Syahzaman melihat istri kakaknya berbuat mesum dengan seorang budak bernama
mas’ud, dan ikuti oleh para jariyah Raja bersama dengan budak lain. Hal ini
menjadi sender yang membuat Raja Syahzaman sebagai subjek menganggap masalah
yang dihadapinya lebih ringan (objek) daripada masalah yang diterima kakaknya.
Hal ini menyebabkan perubahan sikap dari raja shahzaman (receiver) yang tadinya
terlihat murung dan sedih menjadi ceria. Tidak terdapat fungsi peran penolong
maupun penentang dalam skema ini.
<!--[if !supportLists]-->f.
<!--[endif]-->Skema Aktan 6
Setelah kembali dari perburuan, Raja Syahrayar
melihat perubahan pada sikap adiknya, ia tak lagi sedih dan murung. Perubahan
sikap Raja Syahzaman ini (sender) memicu rasa penasaran Raja Syahrayar untuk
mengetahui penyebab perubahan sikapnya. Raja syahrayar (subjek) menjadi seseorang yang melakukan suatu usaha untuk
mengetahui penyebab perubahan sikap dari raja Syahzaman (objek) untuk
menuntaskan rasa penasaran dari Raja Syahrayar (penerima). kesediaan Raja
Syahzaman untuk bercerita (penolong) tentang penyebab perubahan sikapnya yang
kemudian mempermudah subjek dalam mendapatkan objek. Sedangkan untuk peran
penentang tidak ditemukan dalam skema ini.
<!--[if !supportLists]-->g.
<!--[endif]-->Skema Aktan 7
Setelah mendengar cerita dari Raja Syahzaman
tentang perselingkuhan istrinya (sender), Raja Syahrayar tak lantas langsung
percaya. Raja Syahrayar (subjek) ingin melihat secara langsung perselingkuhan
istrinya (objek) dan para jariyahnya. Raja Syahrayar (penerima) yang akan
mendapatkan objek dari subjek, siasat kedua raja (penolong) untuk mengelabui para penghuni istana, dan
tidak ada peran penentang yang menghalangi usaha subjek untuk mendapatkan
objek.
<!--[if !supportLists]-->h.
<!--[endif]-->Skema Aktan 8
Setelah melihat perselingkuhan yang dilakukan oleh
istrinya, Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman pergi meniggalkan kerajaan mereka.
Diperjalanan mereka bertemu dengan jin dan seorang gadis (sender) yang diculik
oleh jin. Pertemuan tersebut memicu munculnya keinginan subjek untuk meraih
objek. Raja syahrayar dan Syahzaman (subjek) yaitu orang yang ingin menikahi
wanita cantik (objek). Raja syahrayar dan Syahzaman (penerima) yang menerima
objek dari subjek. Tidak terdapat penolong dalam skema ini karena tidak ada
sesuatu atau seseorang yang membantu subjek dalam usahanya untuk mendapatkan
objek. Sedangkan penentang dalam skema ini diperankan oleh jin.
<!--[if !supportLists]-->i.
<!--[endif]-->Skema Aktan 9
Karena takut pada jin, kedua raja
itu bersembunyi diatas pohon. Namun sang gadis cantik mengetahui keberadaan
mereka dan memberikan perintah kepada kedua raja. Perintah dari wanita cantik
(sender) yang ditujukan kepada Raja Syahrayar dan Syahzaman
(subjek) untuk membunuh jin ifrit (objek). Penerima dalam skema ini yaitu
kebebasan bagi sang wanita cantik dari cengkraman jin. Penolong dalam skema ini yaitu jin yang
sedang dalam keadaan tertidur yang memudahkan bagi kedua raja untuk
membunuhnya. Sedangkan ketakutan kedua raja kepada jin berperan sebagai
penentang yang membuat subjek ragu dalam melakukan tindakan.
<!--[if !supportLists]-->j.
<!--[endif]-->Skema Aktan 10
Perselingkuhan istri dan para
jariyahnya (sender) yang memancing kemarahan Raja Syahrayar
(subjek) sehingga menbuatnya ingin menjatuhkan hukuman pancung (objek) bagi
istri, para jariyah dan budaknya (penerima). Tidak terdapat penolong maupun
penentang dalam skema ini.
<!--[if !supportLists]-->k.
<!--[endif]-->Skema Aktan 11
Karena
penghianatan yang dilakukan oleh istrinya yang membuat raja menjadi
marah sehingga memberikan hukuman pancung kepadanya. hukuman pancung menjadi )sender( yang menyebabkan subjek yakni Raja Syahrayar memiliki keinginan
menikahi wanita-wanita dikerajaan (objek) sebagai pengganti istrinya. Penerima
dalam skema ini adalah Raja Syahrayar sebagai orang yang akan menikahi para
wanita dikerajaan. Wazir berperan sebagai penolong yakni yang membantu raja
dalam mencari wanita yang akan dia nikahi. Karena trauma raja atas pekhianatan
istrinya, membuat ia akan membunuh istri barunya dimalam pertama pernikahan
mereka. Karena hal ini, menyebabkan para warga melarikan diri untuk melindungi
putri-putri mereka. Sehingga menyebabkan tidak ada lagi wanita yang ingin
dinikahkan dengan Raja Syahrayar (penentang).
<!--[if !supportLists]-->l.
<!--[endif]-->Skema Aktan 12
Setelah tak menemukan seorang gadispun untuk
dijadikan sebagai pengantin raja, wazirpun kembali kerumahnya dengan perasaan
kecewa, bingung dan takut akan hukuman raja.
Kebingungan wazir inipun tak luput dari perhatian putri sulungnya,
Syahrazad. Kebingungan Wazir ini menjadi sender yang menggiring subjek yakni
pengorbanan Syahrazad untuk menggantikan gadis lain sebagai pengantin Raja
(objek). Penerima dalam skema ini adalah Raja Syahrayar sebagai seseorang yang
akan menerima objek yaitu pengantin untuknya dari subjek. Penolong dalam skema
ini adalah tekad dari Syahrazad yang kemudian bisa meluluhkan hati sang Wazir. Sedangkan
penentang dalam skema ini diperankan oleh kekhawatiran Wazir akan perlakuan Raja
kelak kepada Syahrazad.
<!--[if !supportLists]-->m.
<!--[endif]-->Skema Aktan 13
Setelah melihat tekad Syahrazad untuk menikah
dengan raja, Wazir lalu mempersiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan lalu
membawanya kepada raja. Akhirnya pernikahan raja Syahrayar dan Syahrazad
dilaksanakan. Pernikahan Raja dan Syahrazad menjadi sender yang memicu Syahrazad
sebagai subjek untuk memikirkan cara menghindari hukuman dari raja (objek).
Syahrazad kemudian menyusun sebuah strategi untuk mengelabui raja, dibantu oleh
adiknya Dunyazad. Penerima dalam skema ini adalah Syahrazad. Sedangkan penolongnya
adalah Dunyazad dan kisah seribu satu malam yang digunakn oleh Syahrazad untuk
mengelabui raja. Sedangkan peran
penentang tidak ditemukan dalam skema ini.
<!--[if !supportLists]-->n.
<!--[endif]-->Skema Aktan 14
Seperti yang telah dipaparkan pada skema sebelumnya, bahwa kisah seribu
satu malam merupakan sesuatu yang digunakan Syahrazad (subjek) untuk
menghindari hukuman raja. Namun pada malam keseribu satu malam, kisah itu
berakhir yang kemudian menjadi sender yang memicu Syahrazad (subjek) untuk
meminta pengampunan dari Raja Syahrayar (objek) demi ketiga putra mereka. Penerima
dalam skema ini adalah Syahrazad dan raja Syahrayar. Penolong dalam skema ini
adalah luluhnya hati raja serta kehadiran ketiga putra mereka. Sedangkan untuk
peran penentang, tidak ditemukan dalam
skema ini.
<!--[if !supportLists]-->2.
<!--[endif]-->Struktur
Fungsional Kisah Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman
<!--[if !supportLists]-->a.
<!--[endif]-->Keberangkatan Raja
Syahzaman menuju kerajaan Raja Syahrayar
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Situasi awal
Di awal cerita dikisahkan tentang keadaan kerajaan yang dipimpin oleh
Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman. Kedua kerajaan berjalan lancar dan harmonis.
Sampai suatu ketika Raja Syahrayar merasa rindu untuk bertemu dengan adiknya,
Raja Syahzaman.
Rasa rindu Raja Syahrayar kepada raja Syahzaman
menjadi sender yang memicu pahlawan untuk memulai perjalanannya untuk mendapatkan
objek. Pahlawan dalam skema ini adalah Raja Syahzaman yaitu seseorang yang
melakukan perjalanan menuju kerajaan kakaknya, yaitu Raja Syahrayar untuk
bertemu dengannya.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Transformasi
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Tahap kecakapan
Setelah menerima informasi dari Wazir
terkait keinginan kakaknya untuk bertemu, Raja Syahzaman mulai mempersiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan untuk melakukan kunjungan ke kerajaan
kakaknya. Setelah semuanya siap rombongan rajapun berangkat menuju kerajaan
Raja Syahrayar. Namun, dalam perjalanan raja teringat akan kharzah yang akan di
berikannya kepada kakaknya. Hal ini kemudian menjadi penghambat keberangkatan
Raja Syahzaman, karena itu Raja segera kembali ke istananya seorang diri untuk
mengambil kharzah tersebut.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Tahap utama
Setelah sampai di istananya, Raja
Syahzaman kemudian pergi ke kamarnya untuk mengambil kharzah, namun saat
memasuki kamar ia kemudian menyaksikan istrinya yang sedang tidur sambil
berpelukan di atas ranjang sang Raja bersama seorang budak berkulit hitam.
Hal ini menjadikan subjek
menghadapi tantangan lain dalam usahanya untuk mendapatkan objek yaitu
berangkat ke kerajaan kakaknya.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Tahap kegemilangan
Setelah melihat perselingkuhan istrinya, Raja segera mencabut pedang
dari sarungnya dan menebas istri dan budaknya itu.
Hal ini menjadi penanda bagaimana
subjek berhasil menghadapi tantangan kedua dan memberikan hukuman kepada pelaku
perselingkuhan.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Situasi akhir
Setelah menghukum istri dan budaknya,
Raja Syahzaman kembali ke rombongan dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju
kerajaan kakaknya. Akhirnya kedua raja tersebut dapat bertemu, objek akhirnya
diperoleh.
<!--[if !supportLists]-->b.
<!--[endif]-->Perubahan sikap Raja
Syahzaman
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Situasi awal
Rombongan raja Syahzaman
akhirnya sampai di kerajaan Raja Syahrayar. Kedatangannya disambut gembira oleh
Raja Syahrayar dengan menghias kota dengan sangat indah. Namun karena teringat
oleh peristiwa yang terjadi pada istrinya, membuat Raja Syahzaman menjadi
sedih. Hal inipun tak luput dari perhatian Raja Syahrayar, sehingga muncul
keinginan untuk menghibur adiknya.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Transformasi
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Tahap kecakapan
Melihat kesedihan adiknya, raja Syahrayar
mencoba untuk menghibur adiknya dengan cara mengajaknya untuk pergi berburu,
namun ajakan itu ditolak oleh Raja Syahzaman. Akhirnya Raja Syahrayar pergi
berburu sendirian.
Ditahap ini muncul penolong dan
penentang. dimana berburu adalah penolong bagi pahlawan untuk mendapatkan objek
sedangkan penolakan dari Raja Syahzaman adalah penentangnya.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Tahap utama
Pada tahap ini
muncul masalah baru, yang membuat pahlawan harus berjuang kembali.
Sekembalinya Raja Syahrayar dari
berburu, ia melihat perilaku raja Syahzaman yang berbeda dari sebelumnya. Ia
kini tampak ceria dengan wajah yang berseri-seri serta nafsu makannya kembali.
Hal inipun mengundang rasa penasaran Raja Syahrayar akan penyebab perubahannya.
Kemudian Raja Syahzaman menceritakan kepada Raja Syahrayar tentang
perselingkuhan istri dan para jariyah dari raja Syahrayar yang menjadi penyebab
perubahannya, yang kemudian mereka berdua membuat sebuah siasat agar Raja Syahrayar
bisa melihat perselingkuhan permaisurinya secara langsung.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Tahap kegemilangan
Setelah melihat secara langsung
perselingkuhan permaisuri dan para jariyahnya, Raja Syahzaman akhirnya mengajak
kakaknya pergi meninggalkan kerajaan mereka. Di perjalanan mereka bertemu
dengan jin ifrit dan wanita cantik, yang kemudian merubah pemikiran mereka.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Situasi akhir
Setelah pertemuan dengan jin
ifrit dan wanita, raja syahrayar dan shahzaman memutuskan untuk kembali ke
kerajaan. Raja syahrayar memberikan hukuman pancung pada istrinya, para jariyah
dan budak yang berbuat mesum, sementara raja shahzaman kembali ke kerajaannya.
<!--[if !supportLists]-->c.
<!--[endif]-->Pertemuan dengan jin
ifrit dan wanita cantik
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Situasi awal
Setelah melihat perselingkuhan
permaisurinya, Raja Syahrayar dan Raja Syahzaman kemudian pergi meniggalkan
kerajaan. Diperjalanan, mereka bertemu dengan jin ifrit dan seorang wanita
cantik. Kedua raja kemudian bersembunyi diatas pohon untuk menghindari jin
ifrit dan wanita cantik. Kedua raja
tertarik pada kecantikan wanita itu dan berniat untuk menikahinya.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Transformasi
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Tahap uji kecakapan
Kehadiran kedua raja
disadari oleh wanita cantik, yang kemudian memerintahkan mereka untuk membunuh
jin ifrit yang sedang tertidur. Namun kedua raja merasa gentar untuk membunuh
jin ifrit karena merasa takut padanya.
Jin ifrit menempati
peran sebagai penentang yang menghalangi pahlawan untuk mendapatkan objek.
Sedangkan penolongnya adalah jin yang sedang tertidur pulas.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Tahap utama
Namun
karena desakan dari wanita cantik, sehingga menyebabkan kedua raja akhirnya
memberanikan diri untuk mendekati jin ifrit dan kemudian menikamnya dengan
senjata mereka.
Setelah berhasil
membunuh jin ifrit, kedua raja melihat wanita cantik itu mengeluarkan sebuah
bungkusan yang berisi permata, dan meminta permata dari kedua raja sebagai
syarat untuk bisa menikahinya.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Tahap kegemilangan
Setelah
menerima permata dari kedua raja, wanita cantikpun menceritakan kronologi
tentang penculikan yang dilakukan jin ifrit kepadanya serta penyebab yang
mendasari terjadinya penculikan tersebut.
Setelah mendengar
kisah dari wanita cantik, kedua raja merasa kasihan pada jin ifrit dan mengurungkan
niat mereka untuk memperistri wanita cantik.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Situasi akhir
Akhirnya kedua raja
tidak jadi memperistri wanita cantik, dan meninggalkannya bersama dengan jin
ifrit.
<!--[if !supportLists]-->d.
<!--[endif]-->Memperistri
wanita-wanita di Kerajaan
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Situasi awal
Setelah memberikan
hukuman kepada istrinya, Raja Syahrayar mulai memperistri wanita-wanita di Kerajaan. Namun tidak ada wanita yang bertahan lama
menjadi istrinya, karena raja akan membunuh mereka tepat setelah malam pertama.
Hal ini menyebabkan warga kerajaan melarikan diri untuk melindungi putri-putri
mereka. Pada suatu hari, seperti biasa Raja Syahrayar memerintahkan wazirnya
untuk mencari seorang wanita untuk dijadikan istri.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]--> Transformasi
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Tahap kecakapan
Namun setelah lama
mencari, Wazir tak menemukan seorangpun wanita yang ingin menjadi istri raja
(penentang). Hal ini membuat wazir kebingungan sehingga ia kembali ke rumahnya.
Wazirpun menceritakan perihal masalahnya kepada putri sulungnya Syahrazad.
Syahrazad kemudian mengajukan diri untuk menjadi pengantin raja (penolong).
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Tahap utama
Keinginan Syahrazad
tentu saja ditolah oleh Wazir. Ia tidak ingin putrinya mengalami hal sama
dengan para permaisuri sebelumnya. Hal ini menimbulkan konflik batin bagi sang
Wazir. Namun karena keteguhan dan niat baik Syahrazad, akhirnya ia merestui
keinginan putrinya.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Tahap kegemilangan
Setelah Wazir menyetujui
keinginan putrinya, Wazirpun segera mempersiapkan segala kebutuhan dan
membawanya kepada raja Syahrayar.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Situasi akhir
Pernikahan antara Raja
Syahrayar dan Syahrazad dilangsungkan. Akhirnya Wazir berhasil mencarikan istri
untuk sang raja. Objekpun berhasil di dapatkan.
<!--[if !supportLists]-->e.
<!--[endif]-->Menghindari hukuman Raja
<!--[if !supportLists]-->1)
<!--[endif]-->Situasi awal
Setelah pernikahannya
dengan Raja Syahrayar, Syahrazad kemudian membuat sebuah strategi bersama adiknya,
Dunyazad, untuk mengelabui dan menghindari hukuman sang Raja.
<!--[if !supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Transformasi
<!--[if !supportLists]-->a)
<!--[endif]-->Tahap kecakapan
Sesuai
dengan rencana yang telah mereka susun, Dunyazad kemudian meminta Syahrazad
untuk menceritakan sebuah kisah kepada mereka bertiga.
Sebelum bercerita,
Syahrazad terlebih dahulu meminta izin kepada Raja Syahrayar. Raja Syahrayar
yang sedang bingung memikirkan bagaimana cara untuk membunuh istri barunya,
memberikan izinnya kepada Syahrazad dan ikut senang mendengarkan cerita itu.
<!--[if !supportLists]-->b)
<!--[endif]-->Tahap utama
Syahrazad menceritakan
kisah-kisah menarik yang sengaja tidak ditamatkan disetiap penghujung malam,
agar ia terhindar dari ancaman pembunuhan. Syahrazad menceritakan kisah-kisah
tersebut selama seribu satu malam dan telah melahirkan tiga orang putra.
<!--[if !supportLists]-->c)
<!--[endif]-->Tahap kegemilangan
Cerita
berakhir pada malam keseribu satu, yang artinya sudah tidak ada lagi sesuatu
hal yang bisa Syahrazad gunakan untuk menghindari hukuman sang Raja. Syahrazad
meminta kepada Raja untuk memberikan ampunan kepadanya demi ketiga anaknya.
Permintaan Syahrazad
kemudian dikabulkan oleh Raja Syahrayar yang sebenarnya sudah tidak lagi
berniat untuk menghukum permaisurinya.
<!--[if !supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Situasi akhir
Ratu Syahrazad bisa terbebas dari
hukuman Raja Syahrayar, dan akhirnya Raja Syahrayar dan Ratu Syahrazad hidup bahagia.
Hal inipun membuat seluruh warga bersuka cita karena mengetahui bahwa Raja
mereka telah berhenti dari kebiasaanya membunuh permaisurinya. Negeri yang
dipimpin oleh Raja Syahrayar menjelma menjadi kerajaan paling makmur yang
pernah ada di muka bumi.
<!--[if !supportLists]-->3.
<!--[endif]-->Hubungan
antara Skema Aktan dan Struktur Fungsional dalam membentuk Struktur Utama dalam
cerita
Struktur utama cerita yang dihasilkan dari
hubungan antar skema aktan dan struktur fungsional jika di deskripsikan sebagai
berikut:
Perselingkuhan dan hukuman
pancung bagi permaisuri menjadi sender yang menyebabkan Raja Syahrayar (subjek)
memiliki keinginan untuk menikahi wanita-wanita di kerajaan (objek) sebagai
pengganti permaisuri. Yang berperan sebagai penerima adalah Raja Syahrayar
yaitu seseorang yang melakukan pernikahan dengan wanita-wanita dikerajaan.
Wazir )penolong( yaitu seseorang yang membantu raja syahrayar mencari
wanita-wanita untuk dinikahinya, namun karena tidak ada lagi wanita yang
tersisa untuk dinikahkan dengan raja (penentang) membuat Syahrazad dengan
berani mengorbankan diri (penolong ) untuk menjadi pengantin Raja menggantikan
wanita lain. Pengorbanannya tersebut awalnya ditentang oleh Wazir karena
khawatir (penentang) akan perlakuan buruk Raja terhadap Syahrazad nantinya,
namun karena tekad Syahrazad yang kemudian meluluhkan dan meredakan
kekhawatiran ayahnya.