PUASA UNTUK SEHAT

  • 12:36 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Hakekat Puasa

Bulan Puasa dikenal dengan nama bulan Ramad}a>n. Istilah ramad}a>n terambil dari akar kata "ramd}au" berarti panas membakar. Ini dimaksudkan karena puasa memang membuat kerongkongan terasa kering terbakar. Pandangan lain, bahwa kata ramad}a>n berasal dari akar kata ramad}a yang berarti "mengasah". Menurut tradisi Arab Jahiliyah, pada bulan ramad}a>n, mereka mengasah pedang dan tombak sebagai persiapan melakukan peperangan pada bulan Syawwal, sebelum memasuki tiga bulan suci sesudah Syawal, yakni Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram, yang menurut adat mereka, dan kemudian dibenarkan oleh agama, diharamkan melakukan peperangan (pertumpahan darah), sebagaimana firman  Allah dalam QS al-Baqarah,2:194, yang terjemahnya “bulan haram dengan bulan haram, sesuatu yang patut dihormati, dan berlaku hukum kishash.

Makna-makna di atas, pada hakekatnya, mengarah pada makna material-bendawi. Kewajiban berpuasa di bulan Ramad}a>n mengantar para agamawan memberi makna moral-spiritual. Pertama, arti panas membakar  dalam arti bahwa dosa-dosa orang yang berpuasa pada bulan Ramad}a>n dengan ikhlas disertai dengan keimanan dan penuh ketelitian, pasti akan pupus habis terbakar, akibat kesadaran dan amal-amal salehnya, perhatikan QS Hûd,11:114, yang terjemahnya “sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan dosa-dosa”.  Kedua, arti mengasah, karena kenyataan menunjukkan bahwa pada bulan tersebut, orang-orang beriman mendijadikannya sebagai bulan untuk mengasah kalbu (hati) mereka, yang tadinya tumpul dan gelap akibat dosa-dosa mereka, menjadi tajam dan bercahaya menyinari hidup mereka karena kebajikan-kebajikan yang dilakukan selama sebulan di bulan Ramad}a>n, dalam wujud baik ibadah mahdah langsung kepada  Allah swt. maupun ibadah sosial terhadap sesama dan lingkungan mereka.

Bulan Ramad}a>n juga disebut syahr al-s}iya>m yang berarti "imsak" (menahan), karena memang orang berpuasa harus mampu menahan dan mengendalikan ego dan hawa nafsunya serta menahan diri dari segala yang dapat membatalkan puasa sepanjang hari.

Dari makna-makna tersebut dapat diketahui bahwa hakekat puasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan melakukan hubungan suami-isteri  di siang hari puasa, tetapi juga menahan diri dari: kata-kata kotor dan tidak berguna; kata-kata bohong dan tidak jujur; perbuatan sia-sia dan dosa; serta harus mempuasakan seluruh anggota badannya; bila tidak, mereka terkena dengan sabda  Nabi saw. HR. Bukhari-Muslim, yang terjemahnya “betapa banyak orang berpuasa, akan tetapi tiada yang diperoleh dari puasanya kecuali  hanya haus dan lapar). Bahkan diharapkan, di samping berpuasa pada siang harinya dan menegakkan malam-malan Ramadhân dengan berbagai ibadah sunnah, juga diharapkan banyak berzakat, bersedekah, berimfak, serta melakukan i'tiqâf di sepuluh terakhir dari bulan Ramad}a>n  di dalam masjid.

Puasa untuk sehat.

Al-Quran mengakui bahwa sikap dan perilaku manusia berpusat pada hati. Jika hatinya bersih, maka keseluruhan perilakunya bersihdan suci, demikian sebaliknya. Melalui hati yang bersih inilah hidayah  Tuhan turun ke bumi. Sementara hati mempunyai dua daya, yakni daya merasa disebut kalbu, dan daya berpikir disebut akal. Hati yang mendapat cahaya akan memantulkan cahayanya kepada akal. Bila setiap muslim mendayagunakan kalbu dan akalnya secara efektif, akan diraih kemajuan luar biasa dunia dan akhirat (QS Âli Imrân,3:190-191). Bukankah ilmuan Muslim, seperti al-Khawarizmi (ahli astronomi), al-Khaitami (ahli kimia), dan Ibnu Sinâ (ahli kedokteran), yang kesemua itu mampu menyatukan keduanya. Yang menarik, bahwa sebelum belajar sains, kalbunya lebih dulu diisi al-Qur’an. Rata-rata, pada umur belia, mereka sudah khatam dan hafal al-Qur’an.

Jika kalbu gelap, akal kehilangan control terhadap perilaku, sehingga pemegang remote control-nya bukan lagi hati-nurani, akan tetapi setan yang bersemayam dalam gejolak nafsunya.  Salah satu media pembersih kalbu adalah puasa. Keuntungan orang berpuasa adalah sehat jasmani dan rohani. Virus Corona pasti jauh dari orang-orang yang berpuasa Ramad}a>n secara baik dan benar, dan inilah salah satu hikmah kehadiran bulan Ramad}a>n di tengah-tengah Pandemi Covid-19. Perhatikan HR. Muslim dari Ibnu Mas'ûd,  Nabi saw. bersabda, yang terjemahnya”berpuasalah agar kamu sekalian sehat. Menurut Prof. Dr. Abd al-Fatta>h al-Kha>lidi, M.A., pakar kedokteran dari Universitas Cairo , menyimpulkan dari hasil penelitiannya tentang pesan dari hadis Nabi saw. di atas, bahwa orang yang berpuasa selama sebulan penuh di bulan Ramad}a>n karena iman dan penuh kecermatan, pasti mampu mencetak manusia-manusia yang sehat paripurna, karena: (1) darahnya bersih dan alirannya sangat lancar disebabkan tidak banyak disusupi makanan; (2) lambungnya sehat dan kuat disebabkan diistirahatkan selama satu bulan penuh secara berturut-turut; (3) pikirannya dijernihkan; (4) emosinya distabilkan; dan (5) ketajaman ruhani semakin kuat. Sebaliknya, bila orang berpuasa, menggerutu, merasa tersiksa, dan selalu mencari-cari alasan untuk berbuka.  Orang yang puasa seperti ini, tidak akan mendapatkan sesuatu manfaat apa pun selain haus dan lapar.

Akhirnya, dengan kehadiran Ramad}an ini, mari kita jadikan stimulan mengikat energi spiritual sekuat dan semaju mungkin sebagai persiapan ruhani sebelas bulan kemudian, sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Karena itu maksimalkan pendayagunaan Ramad}an sekarang juga untuk taqarrub kepada Allah swt., tentu sesuai kemampuan kita masing-masing, semoga kita keluar nantinya sebagai hamba-hamba-Nya yang telah menyandang predikat muttaqîn. Semoga!