Pernah mendengar suku Satere Mawe? Suku primitif yang hidup di Hutan Amazon yang masih bertahan sampai sekarang. Ada ritual mereka untuk anak muda yang beranjak dewasa yaitu memasukkan tangan mereka di sebuah wadah berbentuk sarung tangan yang berisi semut peluru.
Konon semut peluru ini adalah jenis semut terbesar yang memiliki gigitan paling menyakitkan, skala perihnya sama dengan membakar diri dengan lalapan api Racun gigitannya bisa terasa sehari semalam dan membuat lumpuh sementara.
Tujuan ritualnya untuk memastikan daya tahan para pemuda menghadapi rintangan berat, termasuk antisipasi membiasakan terkena tancapan anak panah beracun dari suku lain saat bertikai. Tujuan lain adalah uji kelaki-lakian.
Bagi masyarakat modern, cara ini bisa disebut sebagai kekejaman ritual. Mungkin inilah sisi primitifnya mereka, fase hidup yang harus ditapaki dengan penderitaan. Tapi ada yang lain dari kekejaman ritual, yaitu: kekejaman virtual. Inilah cara masyarakat modern yang lebih kejam dari ritual suku primitif di Amazon.
Tanpa menunggu dewasa, kita memberikan kebebasan kepada anak-anak kita berselancar di dunia maya tanpa batas, menentukan sendiri menu virtual tanpa kontrol. Mereka bebas mengakeses berita 'hoax' yang merusak rajutan karakter berfikirnya.
Banyak tersesat dengan ungkapan kebencian yang beredar dan mengotori kerjenihan persepsinya. Bukan saja merusak hidupnya, otaknya, namun sampai ada yang menggadaikan moralnya dan rela mengakhiri denyut nafasnya karena doktrin. Suku Amazon mungkin memang kejam, menyakiti secara fisik. Tapi visinya jelas untuk masa depan dan kehidupan itu sendiri.
Kita masyarakat modern melakukan pembiaran dengan kekejaman virtual, memporak-porandakan masa depannya dan menuju hidup yang tak bertujuan. Jadinya, siapa yang lebih primitif?